Presiden Jokowi: Sekolah Tatap Muka Terbatas, Hanya 2 Jam Seminggu 2 Kali

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyayangkan anggapan sekolah tatap muka yang kini beredar di masyarakat. Istilah yang tepat menurutnya adalah Sekolah Tatap Muka Terbatas bukan Cuma sekolah tatap muka.

oleh Andrie Harianto diperbarui 08 Jun 2021, 11:05 WIB
Guru mengajar para murid saat pelaksanaan uji coba pendidikan tatap muka (PTM) di SMPN 15, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (31/5/2021). Pemerintah Kota Bogor menggelar uji coba PTM di 37 sekolah hari ini dengan protokol kesehatan yang ketat. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyayangkan anggapan sekolah tatap muka yang kini beredar di masyarakat. Istilah yang tepat menurutnya adalah Sekolah Tatap Muka Terbatas bukan Cuma sekolah tatap muka.

“Yang selama ini kurang tepat, yang benar namanya Sekolah Tatap Muka Terbatas. Artinya apa? Satu kelas hanya diisi 25 persen, maksimal pembelajaran 2 jam dan 1 minggu hanya 2 kali,” kata Jokowi dalam pertemuan dengan pimpinan media di Istana Merdeka, Senin (7/6/2021).

Menurut Jokowi pelaksanaan Sekolah Tatap Muka Terbatas, harus mulai dicoba, syaratnya melihat kondisi wilayah tersebut yang sudah terkendali.

“Harus mulai dicoba. Negara lain sudah melakukan Sekolah Tatap Muka. Tapi harus ketat protocol Kesehatan,” ujar Presiden yang selalu setia memakai baju putihnya.

Sekolah Tatap Muka Terbatas ini juga menurut dia bisa meringankan beban orangtua, murid dan guru. Karena bagaimanapun pembelajaran tatap muka masih tetap diperlukan.

 

Saksikan Video Terkait di Bawah Ini:


PPKM Mikro Efektif

Siswa menggunakan hand sanitizer sebelum memasuki ruang kelas pada pada hari pertama uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Kenari 08 Pagi Jakarta, Rabu (7/4/2021). Pemprov DKI Jakarta mulai melakukan uji coba pembelajaran tatap muka secara terbatas di 100 sekolah (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Mengenai beberapa daerah yang mengalami lonjakan kasus yang berlipat-lipat diakui Jokowi sebagai imbas dari libur lebaran.

“Sudah empat kali, kalau setiap habis liburan selalu kasus naik,” ujar Jokowi.

Menurutnya kota-kota yang saat ini mengalami lonjakan peningkatan kasus Covid-19 terlihat dari Bed Occupancy Rate (BOR) atau kapasitas tempat tidur rumah sakit yang di atas 50 persen. Rata-rata BOR nasional yang sebelumnya 32 persen kini menjadi 80 persen.

Menurut Jokowi pemerintah pernah belajar langsung dari India yang pernah mengalami kasus tinggi kemudian turun. Penurunan terjadi karena India melakukan pembatasan di tingkat lokal. Tapi karena ada acara ritual kemudian India mengalami lonjakan lagi.

Sejauh ini menurut Jokowi pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro masih efektif untuk mencegah penyebaran virus covid-19.

“Kita di bulan Januari sampai Mei turun di bawah 100 ribu. Kita pernah Oktober 176 ribu. Sumbernya selalu setelah lbur Panjang, sudah empat kali,” katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya