Liputan6.com, Jakarta - Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) mengirim koleksi cumi-cumi bobtail yang baru menetas ke Stasiun Antariksa Internasional. Percobaan ini diharapkan para peneliti bisa membantu memahami sejauh mana penerbangan ke luar angkasa memengaruhi interaksi antara mikroba yang menguntungkan dan hewan inang mereka.
Pada 3 Juni 2021, pesawat ulang alik antariksa SpaceX meluncurkan misi Layanan Pasokan Komersial ke-22 (Commercial Resupply Services - disingkat CRS-22) - ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Misi tersebut mengangkut lebih dari 3.300 kilogram kargo.
Advertisement
Pesawat antariksa itu juga membawa pasokan penelitian dan perangkat keras kendaraan, termasuk dua panel surya baru yang pertama. Misi CRS juga mencakup koleksi 128 cumi bobtail yang baru menetas.
Anak-anak cumi ini adalah bagian dari eksperimen yang diberi nama Understanding of Microgravity on Animal-Microbe Interactions (UMAMI).
Jamie Foster, profesor mikrobiologi pada Universitas Florida mengatakan bahwa peneliti berharap eksperimen ini dapat membantu mereka memahami bagaimana penerbangan antariksa memengaruhi interaksi antara mikroba yang menguntungkan dan hewan inang mereka.
"Proyek ini untuk mencoba memahami bagaimana lingkungan antariksa, tekanan berada di antariksa, memengaruhi interaksi yang normal, menguntungkan, dan sehat, yang terjadi antara mikroba dan hewan inangnya," kata Foster, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Selasa (8/6/2021).
Cumi-cumi Menetas Sehari Sebelum Diluncurkan
Sehari sebelum diluncurkan, cumi-cumi kecil itu sudah menetas. Mereka disimpan dalam tas kecil dengan katup untuk memungkinkan air laut masuk ke lingkungan mereka.
Namun, ini bukan pertama kali cumi-cumi dikirim ke orbit.
Pada 2011 silam, hewan itu juga dibawa dalam perjalanan ke antariksa untuk percobaan.
"Cumi-cumi memiliki sistem kekebalan yang hampir sama seperti kita, manusia. Mereka lebih sederhana dan asosiasi atau interaksi dengan bakteri mereka juga lebih sederhana. Jadi, daripada ribuan jenis mikroba yang berinteraksi dengan manusia, pada cumi-cumi, hanya ada satu bakteri dan satu inang," lanjut Foster.
Ditambahkan Foster, bahwa percobaan UMAMI bisa membantu peneliti memahami apakah, dan sejauh mana, penerbangan antariksa yang panjang memengaruhi kesehatan astronaut.
"Salah satu hal yang terjadi pada astronaut ketika mereka berada di antariksa adalah sistem kekebalan mereka dapat terganggu atau tidak teratur, dan itu bisa sangat berpotensi berbahaya kalau tidak dapat segera dibawa ke dokter atau tidak bisa mendapatkan bantuan. Jadi, kami benar-benar ingin memahami dampak penerbangan antariksa yang lama terhadap kesehatan hewan, misalnya terhadap sistem kekebalan tubuh," jelasnya.
Advertisement