Menengok Prospek IPO Archi Indonesia dan Bank Multiarta Sentosa

Dua calon emiten akan menawarkan saham ke publik dengan target dana IPO di atas Rp 500 miliar.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 08 Jun 2021, 15:27 WIB
Pekerja tengah melintas di layar pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (18/11/2019). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini IHSG ditutup melemah 5,72 poin atau 0,09 persen ke posisi 6.122,62. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kedatangan lagi emiten baru. Hal ini seiring PT Archi Indonesia Tbk dan PT Bank Multiarta Sentosa Tbk atau Bank Mas akan menawarkan saham perdana atau initial public offering (IPO) dengan target dana besar.

PT Archi Indonesia Tbk mengincar dana sebanyak-banyaknya Rp 3,97 triliun dari IPO. Perseroan akan melepas 4,967 miliar saham ke publik denga harga IPO Rp 750-Rp 800 per saham.

Sementara itu,PT Bank Multiarta Sentosa Tbk atau disebut Bank Mas akan IPO dengan target dana sebanyak-banyaknya Rp 774,70 miliar.

Melihat hal ini, Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengatakan, investor biasanya memiliki pandangan berbeda terkait alasan perusahaan akhirnya IPO.

"Ada beberapa alasan perusahaan akhirnya melakukan IPO, memang salah satunya seperti Bank Mas yang ingin melakukan ekspansi dan Archi Indonesia yang bertujuan melunasi utang," ujar dia kepada Liputan6.com, Selasa (8/6/2021).

Masih dalam kategori menengah, Bank Mas akan melepas 15 persen saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh atau setara dengan 186.176.500 saham baru yang merupakan saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham.

Harga saham perdana yang ditawarkan antara Rp 3.000-Rp 4.000 per saham. Dengan demikian, target dana yang diincar dari IPO sebanyak-banyaknya Rp 774,70 miliar.

"Dia memang tujuannya untuk menambah modal, ini adalah salah satu cara mereka ingin menambah modal. Memang kalau bank setahu saya didorong oleh OJK juga untuk go publik agar mudah untuk dikontrol dan mencari pendanaan," ujar dia.

Terkait prospek, Wawan menyebut, kemungkinan besar telah terdapat investor yang siap membeli saham karena tujuan perusahaan untuk ekspansi.  

"Jadi kalau seperti apa prospeknya, inikan tujuannya untuk menambah modal, jadi biasanya sudah ada standby buyer untuk menyerap, kalau begitu seharusnya akan diserap dengan baik, sebagian di masyarakat dan standby buyer," tuturnya.  

Bergerak di sektor tambang emas, Wawan juga menyebut Archi Indonesia bisa menjadi pilihan bagi investor. Meski demikian, alasan IPO perusahaan harus dilihat dengan tepat.

"Memang untuk bayar utang juga bisa, tapi prospeknya biasanya lebih cerah yang untuk ekspansi ya dalam artian memang kalau ekspansi ada prospek bisnis yang bisa dikejar," tegasnya.

Apabila perusahaan menggunakan dana IPO untuk membayar utang, Wawan menyebut, secara kinerja keuangan terutama pendapatan akan stabil cukup lama.

"Kalau begini investor harus liat itungannya dulu kira kira laba saham berapa," ujarnya.

Wawan mencontohkan dari saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Minat investor terhadap saham MDKA seiring harga saham MDKA meningkat.

"Sebetulnya kalau tambang emas kalau berkaca pada MDKA minat investor besar. Karena memang naiknya dua kali lipat ya, Juni tahun lalu itu sekitar 1.200 an, saat ini 2.600-an jadi memang besar. Karena di masa pandemi ini kebutuhan emas cenderung naik jadi dipandang menarik," tuturnya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Alasan Archi Indonesia Gelar IPO pada 2021

Paparan publik IPO PT Archi Indonesia Tbk (Dok: PT Archi Indonesia Tbk)

Sebelumnya, siap masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) Juni 2021, PT Archi Indonesia Tbk mengaku bila tahun ini menjadi moment yang tepat bagi perusahaan untuk melakukan Initial Public Offering (IPO).

Sebelumnya Archi Indonesia sempat memiliki keinginan untuk masuk ke bursa saham pada 2014 lalu. Namun, perseroan memtuskan menunda IPO.

"Jadi 2014 lalu kita pernah memiliki niatan untuk melakukan IPO. Tahun 2013 Archi sebenarnya pernah listing di London, namun saat itu Rajawali selaku pemilik saham bicara, loh ini asetnya di Indonesia kenapa listingnya di London," kata Direktur Keuangan atau Chief Financial Officer (CFO) Archi indonesia, Adam Jaya Putra, Senin, 31 Mei 2021.

Namun, saat hendak melakukan IPO di Indonesia, harga emas kurang mendukung. Hal ini membuat perusahaan akhirnya menunda listing hingga saat ini.

"Jadi waktu itu Rajawali melakukan tender over menaikan kepemilikannya dari 52 persen menjadi 98 persen dan akhirnya 100 persen dan rencananya akan IPO di tahun 2014. Namun karena harga emas kurang mendukung akhirnya kami menunda IPO tersebut, tahun 2021 kami melihat sangat mendukung terutama untuk akselerasi perusahaan ke depan," ujarnya.

Archi Indonesia akan melepas sebanyak-banyaknya 4.967.500.000 lembar saham biasa atas nama, dengan nominal Rp10 untuk setiap saham. Ini akan mewakili sebanyak-banyaknya 20 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham.

Sehubungan dengan aksi korporasi ini, Archi Indonesia akan menggunakan laporan keuangan konsolidasi audit yang berakhir pada 31 Desember 2020, dan telah menunjuk PT Citigroup Sekuritas Indonesia, PT Credit Suisse Sekuritas Indonesia, PT Mandiri Sekuritas, PT BNI Sekuritas, serta PT UOB Kay Hian Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek dari IPO yang dilakukan.


Bank Multiarta Sentosa Lepas 15 Persen Saham ke Publik

Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (8/6/2020). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 1,34% ke level 5.014,08 pada pembukaan perdagangan sesi I, Senin (8/6). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Bank Multiarta Sentosa Tbk atau disebut Bank Mas akan melakukan penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 15 persen saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh.

Jumlah saham yang dilepas tersebut itu setara 186.176.500 saham baru yang merupakan saham biasa atas nama dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham. Harga saham perdana yang ditawarkan antara Rp 3.000-Rp 4.000 per saham. Dengan demikian, target dana yang diincar dari IPO sebanyak-banyaknya Rp 774,70 miliar.

Perseroan juga akan melaksanakan program alokasi saham karyawan atau employee stock allocation (ESA) dengan alokasikan saham sebanyak-banyaknya 1.861.700 atau sebanyak-banyaknya satu persen dari jumlah saham yang dikeluarkan dalam IPO.

Bersamaan dengan IPO, Bank Mas menerbitkan sebanyak-banyaknya 186.176.500 waran seri I atau sebesar 17,65 persen dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. Waran seri I diberikan secara Cuma-Cuma sebagai insentif bagi pemegang saham. Setiap pemegang satu saham yang ditawarkan berhak memperoleh satu waran seri I.

Bank Mas akan memakai dana IPO antara lain 85 persen untuk penyaluran kredit, 15 persen untuk pengembangan digital banking. Perseroan akan mengembangan hal tersebut pada 2021 dan 2022.

"Dalam pengembangan digital banking ini, perseroan masih dalam tahap melakukan pemilihan vendor,” demikian dikutip dari prospektus perseroan, Senin (7/6/2021).

Selain itu, perseroan mengembangkan digital banking dengan layanan self service pada kantor bank, customer on boarding atau pengembanganan layanan yang memudahkan staf bank untuk dapat langsung memproses pembukaan rekening di lokasi nasabah. Selain itu, pengembangan layanan virtual account, QR code debit, cardless cash withdrawal.

Adapun pemegang saham perseroan setelah penawaran saham perdana, pelaksanaan ESA dan waran seri I antara lain PT Danabina Sentana sebesar 51,74 persen, PT Multi Anekadana Sakti sebesar 18,48 persen, PT Halim Sakti sebesar 3,7 persen, masyarakat sebesar 12,91 persen, karyawan sebesar 0,13 persen dan pemegang waran seri I sebesar 13,04 persen.

Perseroan telah menunjuk PT BCA Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Penjamin pelaksana emisi efek dan para penjamin emisi efek menjamin dengan kesanggupan penuh.

Adapun penawaran saham perdana antara lain perkiraan masa penawaran awal pada 7-15 Juni 2021, perkiraan tanggal efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 21 Juni 2021. Masa penawaran umum diperkirakan 23-25 Juni 2021, penjatahan pada 25 Juni 2021.

Distribusi saham dan waran seri I secara elektronik pada 28 Juni 2021, pencatatan saham dan waran seri I di BEI pada 29 Juni 2021.

Perkiraan awal perdagangan waran seri I pada 29 Juni 2021, perkiraan akhir perdagangan waran seri I di pasar reguler dan negosiasi pada 26 Desember 2022, pasar tunai pada 27 Desember 2022. Lalu perkiraan tanggal awal pelaksanaan waran seri I pada 29 Desember 2021, perkiraan tanggal akhir pelaksanan waran seri I pada 28 Desember 2022, dan perkiraan tanggal akhir masa berlaku waran seri I pada 28 Desember 2022.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya