Liputan6.com, Yogyakarta - Universitas Gadjah Mada (UGM) memberikan GeNose C19 sebagai alat deteksi Covid-19 untuk Pondok Pesantren Al Quran KH Bahaudin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha di Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Pemberian GeNose C19 ini dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 di kalangan santri pondok pesantren. Penyerahan bantuan ini diserahkan secara simbolis oleh Rektor UGM Panut Mulyono kepada Gus Baha di aula Pondok Pesantren, Rabu, 2 Juni 2021.
Rektor UGM Panut Mulyono mengatakan pemberian bantuan alat deteksi Covid-19 ini untuk mengenalkan GeNose C19 sebagai salah satu karya inovasi yang dihasilkan oleh peneliti UGM. Alat tersebut ikut berkontribusi menanggulangi penyebaran Covid-19 pada masa pandemi sekarang ini.
Alat ini sudah digunakan di beberapa stasiun kereta api, terminal, dan bandara yang diharapkan menjadi alternatif pilihan masyarakat dalam melakukan skrining dan deteksi Covid-19 dengan harga yang lebih murah dan terjangkau bahkan mudah digunakan, termasuk di lingkungan pesantren.
Baca Juga
Advertisement
"Kita harapkan alat ini bisa digunakan di lingkungan pesantren untuk mendeteksi jika ada yang terpapar Covid-19 dan tentu kita berharap lingkungan pesantren terbebas dari Covid-19 dan nantinya selalu rutin melakukan skrining kesehatan dan pemeriksaan rutin," kata Rektor.
Rektor UGM juga menambahkan bahwa produksi GeNose C19 terus ditingkatkan seiring dengan tingginya permintaan masyarakat. Khusus di lingkungan pondok pesantren, pihak UGM sudah menggandeng lembaga Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI) PBNU dalam pendistribusian alat deteksi GeNose C19 tersebut.
"Mudah-mudahan alat ini bisa dimanfaatkan dengan baik karena biaya relatif murah dan supaya pesantren terbebas dari Covid-19," ujarnya.
Gus Baha menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada UGM karena ikut memperhatikan kesehatan para santri dan santriwati di pesantren melalui pemberian alat deteksi dan skrining Covid-19. Kehadiran GeNose C19 menurutnya hasil karya inovasi anak bangsa yang patut dibanggakan ke seluruh masyarakat Indonesia.
"Pertama, saya ikut bersyukur karena ini karya putra bangsa dari UGM. Kedua, semoga mewakili kebanggaan semua rakyat Indonesia, karena kita punya penemuan sendiri. Ketiga, karya ini bentuk ikhtiar (usaha) kita untuk bisa hasilkan sebuah alat deteksi covid-19. Semua ikhtiar tidak dilarang oleh agama karena kita disuruh untuk selalu tetap ikhtiar," katanya.
Menurut Gus Baha, kehadiran alat GeNose C19 ini maka masyarakat bisa mendapatkan pilihan alat deteksi yang lebih murah dan mudah digunakan bahkan mampu menginspirasi banyak orang untuk menghasilkan karya inovasi serupa agar nantinya bangsa Indonesia bisa mandiri dalam berbagai penemuan baru di bidang teknologi dan sains.
"Semoga kita menjadi bangsa yang mandiri dalam percaturan komunitas global. Mewakili lingkungan pesantren, saya sangat mengapresiasi ini," katanya.
Selain penyerahan bantuan alat deteksi Covid GeNose C19, Rektor UGM juga menjajaki peluang kerja sama dengan Gus Baha selaku pimpinan pondok pesantren untuk meningkatkan pendidikan karakter dan pendidikan keagamaan bagi mahasiswa dan dosen di lingkungan kampus UGM melalui kegiatan pengajian keagamaan dan kegiatan kuliah umum.