Liputan6.com, Jakarta - Mojokerto merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang masuk dalam Gerbangkertosusila, yaitu wilayah dalam kawasan metropolitan Surabaya yang meliputi Gersik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Sebanyak tiga kecamatan dan 18 kelurahan telah berdiri di wilayah yang memiliki luas 16,47 kilometer persegi ini.
Saat masa penjajahan Belanda, Mojokerto beserta beberapa kota lain yang menjadi anggota Keresidenan Surabaya dijadikan sebagai pusat perkebunan tebu. Lalu, Kota Mojokerto diberikan otonomi atau dalam bahasa Belanda disebut Inlandshe Gemeente dan pada 1950 akhirnya otonomi Mojokerto resmi didirikan.
Mojokerto ternyata dulunya bernama Japan yang merupakan nama salah satu desa di sebelah selatan kota itu. Menurut beberapa pakar sejarah, salah satu sumber sejarah yaitu Kitab Negarakrtagama pupuh XVII/10 baris 1 menyebutkan bahwa Japan merupakan tempat pertama yang disinggahi Raja Majapahit Hayam Wuruk.
Namun menurut ahli sejarah J.F Niermeyer, sebutan Japan dirasa kurang tepat untuk semangat kerja masyarakat lantaran kata Japan memiliki arti malas. Japan pun berubah jadi Mojokerto.
Nama Mojokerto, berasal dari nama pohon maja yang tumbuh di salah satu desa di sana, dan ”kerto” berasal dari “kerta raharja” yang bermakna tenteram. Nama Mojokerto berarti tempat tumbuhnya pohon maja yang tenteram.
Baca Juga
Advertisement
Pendapat lain tentang perubahan nama Japan menjadi Mojokerto disampaikan oleh R.A.A Kromodjojo Adi Negoro. Dia menyebutkan bahwa nama Mojo berasal dari nama Desa Mojojejer dan didasarkan pada keserasian nama sesuai dalam Besluit no. 14/ 1838, tanggal 12 September 1838.
Pada masa Majapahit, wilayah Mojokerto pernah menjadi bagian dari peranan pusat Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan Hindu terbesar di Indonesia. Karena itu, Mojokerto memiliki banyak tempat wisata bersejarah yang kaya akan budaya.
Selain itu masih banyak hal menarik lainnya tentang Mojokerto. Berikut enam fakta menarik tentang Mojokerto yang dirangkum dari berbagai sumber.
1. Kota Terkecil
Kota Mojokerto telah dinobatkan sebagai kota terkecil di Indonesia. Alasannya, Mojokerto hanya memiliki wilayah seluas 16,47 kilometer persegi, yaitu sekitar delapan kali lebih kecil dari Kota Jakarta Selatan dan hanya 10 persen dari luas wilayah Kota Bandung.
Meski kecil, bukan berarti Mojokerto tidak memiliki potensi wisata yang memukau. Mojokerto layak disebut kota “kecil-kecil cabai rawit” lantaran potensi wisatanya sangat menarik, mulai dari bangunan hingga kulinernya.
2. Pernah Meraih Penghargaan Adipura
Pada 2016, Kota Mojokerto berhasil meraih Penghargaan Adipura Kirana. Piala ini diberikan kepada kota/kabupaten yang berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui program trade, tourism, and investment dengan mengacu pada pengelolaan lingkungan hidup. Penghargaan untuk Mojokerto diterima oleh Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla dan diserahkan ketika puncak acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Siak, Riau.
Mojokerto dinilai karena pemeliharaan lingkungan di kota tersebut baik, ketanggapan pemerintahnya cepat, pengelolaan, dan kinerja institusinya juga tinggi. Meski penghargaan telah diperoleh, Pemerintah Kota Mojokerto mengatakan bahwa program pelestarian di Mojokerto akan terus berlanjut. Program seperti pembenahan TPA sampah, bank sampah, dan pengelolaan taman terbuka hijau akan terus berjalan.
Saksikan Video Pilihan Berikut:
3. Punya Patung Buddha Terbesar
Destinasi wisata yang bersejarah di Mojokerto sangat beragam, salah satunya patung Buddha tidur yang terletak di kompleks Maha Vihara Majapahit. Patung yang jadi ikonik Mojokerto ini berukuran raksasa dengan panjang 22 meter, lebar 6 meter, dan tinggi 4,5 meter.
Ukurannya yang begitu besar membuat patung Buddha tidur dinobatkan sebagai patung Buddha terbesar di Indonesia, bahkan disebut-sebut patung Buddha tidur menjadi yang terbesar ketiga di Asia Tenggara setelah Thailand dan Myanmar. Posisi patung yang tidur tersebut menggambarkan sosok Siddharta Gautama atau sang Buddha Gautama ketika wafat.
4. Situs Peninggalan Majapahit
Situs Kumitir merupakan salah satu situs peninggalan Majapahit yang berada di Mojokerto. Beberapa waktu belakangan, nama Situs Kumitir semakin dikenal masyarakat karena penemuan tiga kerangka manusia.
Situs Kumitir ditemukan pada awal 2019 dan para arkeolog langsung menggali situs tersebut menjelang akhir 2019. Situs purbakala tersebut panjangnya 318 meter dan lebar 197 meter dengan orientasi barat ke timur.
Konon, Situs Kumitir merupakan tempat pendharmaan Mahesa Cempaka atau Narasingamurti, kakek pendiri kerajaan Majapahit, Raden Wijaya. Saat bangunan yang terpendam dalam tanah tersebut dieskavasi, banyak ditemukan pecahan genting dan keramik.
Advertisement
5. Kota Onde-Onde
Pada zaman Majapahit, kue onde-onde banyak ditemukan di Mojokerto. Bahkan, di Mojokerto ada toko yang dibangun secara khusus untuk menjual onde-onde, yaitu Toko Bo Liem sejak 1929. Sejak saat itu, Mojokerto disebut sebagai kota onde-onde.
Onde-onde bukanlah makanan asli Indonesia, melainkan dari Tiongkok yang dibuat pada masa kekuasaan Dinasti Zhou sekitar 1045-256 Masehi. Lalu, onde-onde pertama kali dibawa oleh pedagang Tiongkok, Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming ke Indonesia pada 1300-1500.
Awalnya, onde-onde hanyalah makanan yang berisi pasta gula merah dengan cita rasa yang manis. Setelah datang ke Indonesia, onde-onde dimodifikasi dengan menambahkan cita rasa gurih.
6. Selandia Baru Versi Indonesia
Ranu Manduro, salah satu tempat wisata alam yang terletak di Ngoro, Mojokerto. Kawasan alam nan hijau ini terletak di kaki gunung yang sebenarnya merupakan kawasan galian tambang yang telah ditinggalkan perusahaan.
Ketika musim hujan, kawasan galian tambang yang sudah tak beroperasi lagi dipenuhi dengan rumput-rumput hijau. Pemandangan hamparan hijau yang disajikan Ranu Manduro tampak indah di pandang mata. Hal ini membuat Ranu Manduro dijuluki sebagai Selandia Barunya Indonesia.
Bukan itu saja, Ranu Manduro juga dijuluki Ranu Kumbolonya Mojokerto. Hal tersebut dikarenakan ketika musim hujan tiba, telaga yang terletak di dekat Ranu Manduro terlihat sangat menghijau. (Dinda Rizky Amalia Siregar)
Kenali 4 Risiko Mobilitas Saat Liburan untuk Cegah Covid-19
Advertisement