Liputan6.com, Jakarta Transformasi Sekretariat ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA) tengah didiskusikan. Usulan perubahan itu mulai dari formasi sekretariat, gaji pegawai, hingga biaya operasional.
Menanggapi hal itu, Anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Putri Anetta Komaruddin mengemukakan hal ini kepada Parlementaria di sela-sela pertemuan virtual AIPA di Tangerang Selatan, Banten, Selasa (8/6/2021).
Advertisement
Pertemuan Ad Hoc Group Meeting bertajuk "Transformation of the AIPA Secretariat" itu, dihadiri delegasi parlemen negara ASEAN. Masing-masing delegasi memberikan pandangan atas wacana transformasi tersebut.
"Delegasi Indonesia merasa, di saat pandemi seperti ini semua negara ASEAN sedang bertempur melawan Covid-19. ASEAN paling terdampak pandemi, baik ekonomi dan kesehatan. Sebuah langkah yang tidak tepat apabila ingin mengajukan peningkatan kontribusi setiap negara demi kelangsungan AIPA," ungkap Anggota Komisi XI DPR itu. Apalagi, AIPA selama ini belum memberi performa maksimal bagi Indonesia.
Untuk menyetujui usulan transformasi Sekretariat AIPA, lanjut politisi Partai Golkar itu, perlu perbaikan performa sekaligus evaluasi dulu, sampai kemudian AIPA bisa meyakinkan negara-negara anggotanya untuk ditransformasi. Diskursus transformasi Sekretariat AIPA ini muncul setelah Vietnam mengusulkan adanya perubahan berupa peningkatan iuran kontribusi negara-negara anggotanya, kenaikan.gaji pegawainya, dan lain-lain. Usulan Vietnam tersebut didukung Thailand.
Namun, ungkap Putri, mayoritas negara anggota AIPA menolak usulan Vietnam, karena negara-negara ASEAN sedang melakukan penghematan anggaran untuk memerangi pandemi Covid-19. "Kita sudah sepandangan dengan mayoritas anggota, seperti Singapura, Malaysia, Brunei, dan Laos. Ada juga negara yang setuju dengan usulan Sekretariat AIPA, yaitu Vietnam dan Thailand. Mungkin karena mereka serumpun. Kebetulan Sekjen AIPA berasal dari Vietnam. Jadi, mereka setuju transformasi Sekretariat AIPA," jelas Puteri.
(*)