Liputan6.com, Jakarta - Bank Dunia memprediksi bahwa ekonomi China akan meroket hingga 8,5 persen pada 2021. Pertumbuhan GDP itu lebih tinggi ketimbang Amerika Serikat (6,8 persen), area Eropa (4,2 persen), Jepang (2,9 persen), dan India (8,3 persen).
Prediksi itu diterbitkan pada Global Economic Prospects 2021. Ekonomi dunia mulai pulih dengan pertumbuhan 5,6 persen, sementara tahun lalu minus 3,5 persen.
Baca Juga
Advertisement
Bank Dunia menyebut ekonomi China naik karena demand yang mulai meningkat.
Banyak negara-negara yang tahun lalu ekonominya minus diprediksi bangkit, mulai dari Rusia, Brasil, Arab Saudi, Afrika Selatan, hingga Indonesia.
Namun, prediksi Bank Dunia berbeda dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Bank Dunia menilai pertumbuhan Indonesia hanya 4,4 persen.
Angka itu di bawah prediksi Menteri Keuangan Sri Mulyani yang sempat menyebut ekonomi Indonesia bisa naik hingga 5,3 persen.
"Kalau kita lihat tahun 2021 dengan pertumbuhan ekonomi yang kita perkirakan akan kembali pulih di 4,5 hingga 5,3 persen," ucap Sri Mulyani pada Februari 2021.
Pada laporan Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 5.0 persen di 2022, lalu 5,1 persen di 2023.
Kemiskinan Akibat COVID-19
Walau ekonomi dunia mulai pulih pada 2021, Presiden Bank Dunia David Malpass menyorot kemiskinan akibat COVID-19. Ia menyorot kemiskinan kembali bangkit di negara-negara berpenghasilan rendah akibat pandemi.
"Pandemi terus menyebabkan kemiskinan dan ketidaksetaraan pada masyarakat di negara-negara berkembang di seluruh dunia," ujar Malpass seperti dikutip situs Bank Dunia.
Malpass menekankan pentingnya koordinasi global untuk mendistribusi vaksin untuk melawan pandemi COVID-19. Ia juga berharap adanya keringanan utang pada negara-negara penghasilan rendah.
Ia juga mendukung kehadiran pertumbuhan ekonomi yang hijau, resilien, serta inklusif, dan pada saat yang sama menjaga stabilitas makroekonomi.
Advertisement