Liputan6.com, Jakarta - Potensi ekonomi biru Indonesia mencapai USD 1,33 triliun per tahun. Dua komoditas yang ikut menyumbang adalah karang (coral) dan hutan mangrove.
Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Safri Burhanuddin menjelaskan, potensi pendapatan dari terumbu karang dan mangrove setara dengan perikanan tangkap.
Advertisement
"Potensi ekonomi di coral-mangrove ini sekitar 2 persen dari USD 1,33 triliun, setara dengan total perikanan tangkap di Indonesia," kata Safri dalam Perayaan Hari Laut Dunia dan Hari Segitiga Terumbu Karang Dunia, Jakarta, Rabu (9/6/2021).
Secara global, Safri menyebutkan ekosistem terumbu karang berkontribusi lebih dari USD 120 miliar per tahun. Ekosistem tersebut berfungsi sebagai tempat wisata dan perlindungan pantai, tempat produktivitas primer, tempat pemijahan, pengasuhan dan menjadi makan. Termasuk juga sebagai tempat plasma nutfah.
Maka, tak heran kata Safri bila Indonesia disebut sebagai segitiga terumbu karang dunia. Sebab penyebaran terumbu karang di perairan nusantara terkonsentrasi di Indonesia.
"Memang pantas kalau Indonesia dikatakan sebagai segitiga terumbu karang dunia karena penyebarannya semua terkonsentrasi di Indonesia baik dari terumbu karang, mangrove, dan karang lainnya. Ini semua tertumpu di Indonesia," kata Safri.
Safri mengatakan, tak heran bila banyak negara di dunia melirik Indonesia untuk kelestarian alam. Sebab Indonesia merupakan bagian dari paru-paru dunia. Sehingga pemerintah dan masyarakat harus bisa mengontrol dan mengurus kelestarian alam karena bisa berdampak pada perubahan iklim secara global.
"Jadi kalau kita enggak bisa kontrol dan urus, ini bisa pengaruhi iklim secara global," katanya.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menko Luhut: Restorasi Terumbu Karang Serap 10 Ribu Pekerja Terdampak Pandemi
Sebelumnya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi terus mengawal jalannya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Padat Karya Restorasi Terumbu Karang (ICRG). Dalam program ini tercatat telah mempekerjakan 10 ribu orang yang terdampak pandemi Covid-19 tahun 2020.
"Kegiatan PEN ICRG telah mempekerjakan 10.717 orang yang terdampak Covid-19 di Bali pada tahun 2020 kemarin. Tentu kita ingin angka ini dapat ditingkatkan lebih lagi," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dalam Rapat Koordinasi virtual, Jakarta, Senin (15/2/2021).
Dalam program ini, Pemerintah melakukan restorasi terumbu karang seluas hingga 74,3 hektar pada tahun 2020. Program ini pun akan dilanjutkan pada periode 2021-2022 di 9 lokasi yang melibatkan hingga 150 ribu orang.
Pada periode tersebut diharapkan mampu memperluas wilayah restorasi hingga 1000 Ha dengan jumlah anggaran total Rp. 1.5 triliun. Dari jumlah tersebut 35 persen sampai 45 persen anggaran akan diserap untuk upah.
Program ini juga melibatkan 9 wilayah baru yaitu 3 lokasi DPSP (Destinasi Pariwisata Super Prioritas) dan 6 wilayah wisata dan konservasi. Kegiatan ini akan melibatkan berbagai instansi terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Pertahanan, TNI AL, BPPT, Pemerintah Daerah setempat, dan berbagai Perguruan Tinggi.
"Keberhasilan 2020 dapat menjadi contoh yang baik agar seluruh K/L terlibat dapat bahu-membahu dalam menyukseskan program PEN ICRG di tahun berikutnya," kata Luhut.
Rencananya, akan ada tiga aktivitas utama. Antara lain pembuatan struktur terumbu karang buatan, penenggelaman eks-kapal KRI sebagai Terumbu Karang Buatan dan wreck dive. Terakhir pembuatan kapal riset pesisir untuk monitoring terumbu karang.
"Kita semua ini harus bersinergi agar berbagai aspek dapat memberikan kontribusi dan mendistribusikan dana PEN dengan baik. Kita jalankan pesan Presiden terkait ini, jangan hanya dimanfaatkan untuk bansos tanpa ada pemanfaatan jangka panjang," kata dia.
Advertisement