Alasan IFSoc Dorong Perusahaan Rintisan Unicorn Catatkan Saham di BEI

Ketua SC IFSoc, Mirza Adityaswara menuturkan, bila pihaknya telah memberikan tiga pertimbangan terkait IPO unicorn dan decacorn kepada BEI.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 09 Jun 2021, 18:59 WIB
Ilustrasi IPO 3 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia Fintech Society (IFSoc) terus mendorong perusahaan startup sekelas unicorn dan  decacorn melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Lantaran, hingga saat ini belum ada satupun perusahaan startup sekelas unicorn dan decacorn yang melakukan Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO). Dalam pemaparannya, Ketua SC IFSoc, Mirza Adityaswara menuturkan, bila pihaknya telah memberikan tiga pertimbangan terkait hal ini kepada BEI.  

"Pertimbangan kebijakan untuk pencatatan unicorn di BEI, yang pertama reklasifikasi sektor dan sub-sektor," kata dia secara virtual, Rabu (9/6/2021).

Reklasifikasi sektor dan subsektor di BEI berdasarkan best practice di pasar modal global. Klasifikasi baru akan meningkatkan daya saing pasar modal Indonesia, khususnya di kalangan investor institusi seperti Indeks Fund. Selanjutnya kebijakan papan daftar.

Dalam hal ini, Mirza menuturkan, bila memperbarui pesyarakat untuk pencatatan di papan utama BEI, tidak terbatas untuk perusahaan yang sudah untung dan perusahaan dengan heavily tangible asset.

"Yang ketiga mempertimbangkan penerapan dual-class of shares (DCS)," ujarnya.

Penerapan DCS dengan multiple voting share dengan melihat best practice dari beberapa bursa saham asing dan perusahaan teknologi yang menerapkan  multiple voting shares (MVS)  dalam struktur sahamnya sebagai bentuk perlindungan terhadap visi jangka panjang perusahaan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


21 Perusahaan Antre IPO, BEI Sebut Ada E-Commerce

Pekerja bercengkerama di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). IHSG ditutup naik 3,34 poin atau 0,05 persen ke 5.841,46. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengantongi sejumlah nama-nama perusahaan yang berencana melakukan penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO). Hingga Selasa, 8 Juni 2021, setidaknya ada 21 perusahaan yang ada dalam pipeline IPO BEI.

"Saat ini terdapat 21 perusahaan yang telah melakukan pendaftaran pencatatan saham yang saat ini sedang dievaluasi oleh Bursa," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, dalam kepada awak media, Selasa, 8 Juni 2021.

Nyoman mengatakan, dari 21 perusahaan bakal IPO itu ada yang merupakan perusahaan e-commerce. Namun, ia enggan membeberkannya lebih detil.

"Terkait dengan e-commerce dalam pipeline, terdapat e-commerce yang telah menyampaikan dokumen. Untuk nama calon perusahaan tercatat, Bursa belum dapat menyampaikan sampai dengan OJK telah memberikan persetujuan atas penerbitan prospektus awal kepada publik,” kata dia.

Sementara untuk perusahaan BUMN maupun anak cucunya, Nyoman mengatakan belum ada yang terdaftar di pipeline IPO Bursa saat ini. Adapun klasifikasi aset perusahaan dalam pipeline merujuk pada POJK Nomor 53/POJK.04/2017, sebagai berikut: 

• 3 Perusahaan aset skala kecil (aset di bawah Rp 50 Miliar) 

• 8 Perusahaan aset skala menengah (aset antara Rp 50 Miliar hingga Rp 250 Miliar) 

• 10 Perusahaan aset skala besar (aset diatas Rp 250 Miliar) 

Sementara rincian sektornya adalah sebagai berikut: 

• 2 Perusahaan dari sektor Basic Materials; 

• 3 Perusahaan dari sektor Industrials; 

• 1 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistics; 

• 3 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals; 

• 2 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals; 

• 2 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate;  

• 2 Perusahaan dari sektor Technology; 

• 1 Perusahaan dari sektor Healthcare; 

• 3 Perusahaan dari sektor Energy; 

• 1 Perusahaan dari sektor Financials; 

• 1 Perusahaan masih dalam proses evaluasi BEI.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya