Wabah COVID-19 Hingga ke Kebun Binatang, India Tutup Semua Cagar Alam Harimau

Semua cagar alam harimau untuk pariwisata di India ditutup. Langkah itu diambil akibat serentetan wabah COVID-19 melanda kebun binatang di seluruh negeri.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jun 2021, 10:57 WIB
Ilustrasi dua ekor harimau (dok HanSolo/pixabay.com)

Liputan6.com, New Delhi - Pemerintah India akhirnya memerintahkan penutupan sementara semua cagar alam harimau untuk pariwisata. Langkah itu diambil akibat serentetan wabah COVID-19 melanda kebun binatang di seluruh negeri.

Mengutip CNN, Kamis (10/6/2021), National Tiger Conservation Authority (Otoritas Konservasi Harimau Nasional) - sebuah lembaga di bawah kementerian lingkungan pemerintah - mengeluarkan perintah penutupan pada Senin 7 Juni setelah kematian singa betina yang terdeteksi positif COVID-19 beberapa hari sebelumnya.

"Contoh terbaru dari hewan kebun binatang yang terinfeksi COVID-19 sekali lagi menunjukkan kemungkinan besar penularan penyakit dari manusia yang terkena ke hewan liar di penangkaran," kata perintah itu. "Penularan serupa juga dapat terjadi di cagar alam harimau."  

Untuk mencegah harimau dan satwa liar lainnya terinfeksi, semua cagar alam harimau harus ditutup untuk kegiatan pariwisata sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Harimau adalah spesies yang terancam punah dan kurang dari 4.000 tersisa di Bumi, menurut World Wildlife Fund/WWF (Dana Margasatwa Dunia). Beberapa ribu harimau hidup di cagar alam di India, yang populasinya telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir berkat upaya konservasi termasuk perluasan tutupan hutan dan hukuman penjara karena membunuh hewan.

 


Melakukan Karantina Hewan Setelah Satu Singa Dinyatakan Meninggal

Hilangnya hutan yang menjadi habitat harimau Sumatera menyebabkan hewan ini sering kali dibunuh atau ditangkap karena tersesat di pedesaan.

Wabah terbaru terjadi di Taman Zoologi Arignar Anna, juga dikenal sebagai Kebun Binatang Vandalur, di tenggara Kota Chennai, kata pemerintah negara bagian Tamil Nadu.

Sejumlah singa Asia, spesies langka yang hanya berjumlah ratusan, telah menunjukkan gejala penyakit di kebun binatang. Pada Kamis (4/6/2021), seekor singa betina berusia 9 tahun yang bergejala bernama Neela meninggal. Masih belum jelas apakah COVID-19 adalah penyebab langsung kematian hewan tersebut.

Petugas kebun binatang dan tim dokter hewan segera mengkarantina semua singa dan mulai merawat mereka dengan antibiotik. Mereka telah mengambil sampel dari singa, harimau, dan mamalia besar lainnya untuk dikirim untuk pengujian, berharap urutan genetik dapat mengungkapkan jenis virus mana yang menginfeksi singa.

Kepala Menteri Tamil Nadu, MK Stalin, mengunjungi kebun binatang pada Minggu 6 Juni 2021 untuk meninjau situasi dengan sejumlah menteri lain dan otoritas satwa liar. Stalin memerintahkan pejabat untuk memastikan semua staf kebun binatang dan pawang hewan menerima vaksinasi, dan untuk "memberikan pengobatan terbaik untuk singa yang terinfeksi".

Wabah ini mengikuti delapan kasus positif COVID-19 pada bulan Maret di antara singa di kebun binatang Hyderabad. Wabah serupa juga telah dilaporkan di kandang singa di kebun binatang dan safari di Jaipur dan Etawah, kata rilis Pemerintah negara bagian Tamil Nadu.

Sebagai tindakan pencegahan, Tamil Nadu menutup kebun binatangnya untuk pengunjung pada 20 April.

Sejumlah hewan di bagian lain dunia juga dilaporkan telah terinfeksi COVID-19.

Di New York, sejumlah harimau dan singa di Kebun Binatang Bronx dinyatakan positif COVID-19 pada April 2020 setelah menunjukkan gejala termasuk batuk. Kini mereka telah pulih.

Berita itu memicu kekhawatiran di kalangan ahli zoologi - setelah penyebaran berita tentang infeksi Kebun Binatang Bronx, Otoritas Konservasi Harimau Nasional India memerintahkan semua cagar alam harimau di negara itu untuk mengamati harimau mereka untuk mengetahui gejalanya, dan untuk memastikan semua pawang hewan berstatus negatif COVID-19.

 


Penularan ke Hewan Terjadi sebagai Konsekuensi Langsung

Ilustrasi harimau (Dok.Unsplash)

Wabah COVID-19 baru-baru ini melanda setelah gelombang kedua virus di India, yang dimulai pada pertengahan Maret dan memuncak pada awal Mei. Ini tentu dapat membunuh puluhan ribu orang, membuat jutaan orang sakit, membuat negara terguncang - dan menempatkan hewan pada risiko infeksi yang lebih besar juga, kata Nikolaus Osterrieder, dekan kedokteran hewan dan ilmu kehidupan di City University of Hong Kong.

"Mungkin bukan kebetulan bahwa di India, di mana Anda memiliki jumlah kasus yang tinggi, penularan ke hewan terjadi sebagai konsekuensi langsung," katanya. "Semakin banyak kasus pada manusia, semakin tinggi kemungkinan hewan, termasuk hewan kebun binatang, terinfeksi."

Kucing seperti singa dan harimau sangat rentan terhadap penyakit parah, tambahnya. Sementara hewan seperti cerpelai dan musang mungkin lebih rentan terhadap infeksi, mereka umumnya tidak mengembangkan gejala klinis yang parah - sedangkan keluarga kucing, yang termasuk kucing domestik, dapat menyerah pada penyakit, yang dapat membuat mereka benar-benar sakit.

Hal tersebut tentu menimbulkan risiko bagi spesies yang terancam punah seperti Neela, singa betina Asia. Singa Asia yang pernah menjelajahi habitat dari Afrika ke Yunani, tetapi sekarang hanya ditemukan di India, menurut Daftar Merah Spesies Terancam Punah dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.

Hanya ada 523 individu yang diketahui tersisa, menurut WWF - dan mereka menghadapi ancaman luas dari perburuan, fragmentasi habitat, dan aktivitas manusia seperti wisata satwa liar.

"Wabah kebun binatang hanya menyoroti bahwa manusia dapat menularkan patogen ke hewan, tidak hanya sebaliknya," kata Osterrieder, menunjuk pada penyakit yang dibawa oleh manusia yang sekarang mengancam spesies gorila gunung. "Kita harus selalu memperhatikan itu."

Reporter: Lianna Leticia

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya