Sudah 2 Bulan Dapat Izin Beroperasi, Laboratorium Biomeluker di Pekanbaru Masih 'Nganggur'

Kota Pekanbaru ternyata masih bergantung dengan laboratorium biomolekuler milik Pemerintah Provinsi Riau, meskipun sudah punya lab sendiri. Mengapa?

oleh M Syukur diperbarui 12 Jun 2021, 14:00 WIB
Juru bicara Satgas Covid-19 di Riau, dr Indra Yovi. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Kota Pekanbaru ternyata masih bergantung dengan laboratorium biomolekuler milik Pemerintah Provinsi Riau di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Ahmad. Padahal, ibu kota provinsi ini sudah punya lab sendiri untuk memeriksa spesimen warga terindikasi Covid-19.

Menurut juru bicara Satgas Covid-19 di Riau, dr Indra Yovi, laboratorium bio molekuler Kota Pekanbaru sudah dua bulan lebih mendapat izin operasional. Lab itu berada di Rumah Sakit Daerah Madani di Jalan Garuda Sakti Pekanbaru.

"Pemeriksaan spesimen Pekanbaru hingga saat ini masih bergantung ke provinsi," kata Yovi, Kamis siang, 10 Juni 2021.

Seingat Yovi, Pemerintah Kota Pekanbaru pernah mendesak Pemerintah Provinsi Riau agar laboratorium itu segera diberi izin operasional. Hal itu mengingat Pekanbaru merupakan wilayah tertinggi kasus Covid-19 di Riau.

Sedianya, laboratorium biomolekuler Pekanbaru itu jika beroperasi bisa mempercepat proses testing dan tracing terhadap warga kontak erat. Dengan demikian, warga tidak menunggu lama hasil di laboratorium milik Pemerintah Riau.

"Karena laboratorium Pemerintah Provinsi di Riau memeriksa spesimen dari berbagai kabupaten," kata Yovi.

Menurut Yovi, Pemerintah Kota Pekanbaru beralasan laboratorium saat ini kesulitan mendapatkan reagen atau cairan pemeriksa spesimen untuk Covid-19. Padahal, reagen sangat mudah dicari kalau ada koordinasi.

"Kalau koordinasi dengan Satgas Covid-19 Riau bisa diurus dengan cepat, buat suratnya nanti disampaikan ke Kementerian Kesehatan, pasti dibantu," tegas Yovi.

 

 

Simak video pilihan berikut ini:


Puskesmas Pilih-Pilih Hari

Yovi menyatakan, kendala mendapatkan reagen karena APBD bukanlah menjadi alasan. Pasalnya, saat ini pemerintah daerah bisa berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

"Kalau ada kendala (reagen) itu tidak rumit, asal koordinasi bisa minta bantu ke provinsi diteruskan ke BNPB," jelas Yovi.

Yovi membandingkan Pekanbaru dengan daerah lain yang sama-sama mengurus perizinan laboratorium biomolekuler. Sebut saja Siak dan Kota Dumai yang saat ini sudah mandiri memeriksa spesimen.

"Di Siak sudah aktif, begitu juga Kota Dumai sehingga memudahkan tracing karena laboratorium sudah aktif," jelas Yovi.

Di sisi lain, ketergantungan Pekanbaru terhadap laboratorium biomolekuler Riau ini membuat sejumlah warga yang ingin swab di Puskesmas kesulitan. Apalagi, pada akhir pekan karena pihak Puskesmas beralasan laboratorium tutup pada hari libur.

"Seharusnya itu tidak ada jadi alasan, seharusnya diambil saja sambelnya, kan Puskesmas punya kulkas untuk menyimpan, baru dikirim setelah laboratorium buka," jelas Yovi.

"Makanya saya ada dengar kabar Puskesmas hanya menerima swab pada Senin saja, kalau Sabtu itu tidak. Padahal warga yang datang itu sadar karena sudah kontak erat," tambah Yovi.


Alat Rusak

Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dr Arnaldo Eka Putra tidak menampik laboratorium biomolekuler di RS Madani tidak berfungsi.

"Ada salah satu alatnya rusak, kami dalam upaya melakukan perbaikan," kata Arnaldo.

Terkait reagen, Arnaldo menyebut sudah berkoordinasi dengan Balitbang Kesehatan tapi bahan tersebut belum.

"Juga (berkoordinasi) dengan Provinsi Riau," ucap Arnaldo.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya