Rizieq Shihab Bongkar Isi Kesepakatan dengan Wiranto, Tito dan BG saat di Arab Saudi

Rizieq Shihab membongkar isi kesepakatannya dengan pemerintah melalui Wiranto, Tito Karnavian, dan BG saat membacakan pleidoi di PN Jaktim.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Jun 2021, 16:04 WIB
Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto menjadi saksi dalam persidangan kasus Rizieq Shihab. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Nama mantan Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, mantan Kapolri Tito Karnavian, dan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Budi Gunawan alias BG tertuang dalam nota pembelaan eks Pimpinan FPI Rizieq Shihab.

Lewat pleidoi perkara RS Ummi yang dibacakan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur (PN Jaktim) pada Kamis (10/6/2021), Rizieq Shihab mengklaim saat berada di Arab Saudi dia selalu membuka diri dengan pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan konflik dengan dirinya.  

Dia menyebut pada Mei 2017 dihubungi Wiranto dan diajak membangun kesepakatan agar tetap membuka pintu dialog dan rekonsiliasi. Beberapa bulan kemudian, dia bertemu dengan BG di sebuah hotel di Kota Jeddah Arab Saudi.

"Saya bertemu dan berdialog langsung dengan Kepala BIN Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan bersama timnya di salah satu hotel berbintang lima di Kota Jeddah-Saudi Arabia," ucap Rizieq dalam persidangan.

Hasil dialog dan kesepakatan saat itu, diakui Rizieq berlangsung sangat baik. Ia juga mengaku bertemu Tito sebanyak dua kali di Arab Saudi pada 2018 dan 2019.

Dalam dua kali pertemuan tersebut, Rizieq menekankan bahwa dirinya siap untuk tidak terlibat sama sekali dengan urusan politik praktis terkait Pilpres 2019 dengan tiga syarat.

Pertama, negara menghentikan kasus penodaan agama. Kedua, negara harus menghentikan PKI. Ketiga, negara menghentikan penjualan aset ke pihak asing.

Kesepakatan yang dibuat secara tertulis itu kemudian ditandatangani oleh Rizieq dan Komandan Operasional BIN Mayjen TNI (Purn) Agus Soeharto di hadapan Budi Gunawan dan tim.

Kertas berisi kesepakatan itu kemudian dibawa ke Jakarta untuk kemudian ditandatangani oleh Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin.

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Kesepakatan Kandas Akibat Operasi Intelijen Hitam

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian (ketiga kiri) menyalami Ketua Dewan Pembina GNPF-MUI, M Rizieq Shihab usai memberi keterangan di gedung MUI, Jakarta, Senin (28/11). Keduanya bertemu untuk membahas aksi 2 Desember. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dalam isi kesepakatan itu pula, Rizieq berkomitmen akan siap mendukung semua kebijakan Presiden Joko Widodo atau Jokowi selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan konstitusi negara.

"Namun sayang sejuta sayang, dialog dan kesepakatan yang sudah sangat bagus dengan Menko Polhukam dan Kepala BIN serta Kapolri saat itu, akhirnya semua kandas akibat adanya operasi intelejen hitam berskala besar," kata Rizieq.

Operasi itu dianggap Rizieq berhasil mempengaruhi pemerintah Arab Saudi dan menyebabkan Rizieq beserta keluarganya dicekal keluar dan tidak bisa masuk ke Indonesia.

"Saya tidak tahu apakah Menko Polhukam Wiranto dan Kepala BIN Budi Gunawan serta Kapolri Tito Karnavian yang mengkhianati dialog dan kesepakatan serta mereka terlibat dalam operasi hitam berskala besar, atau memang di sana ada pihak lain yang memiliki kekuatan besar," tudingnya.

 

Reporter: Nur Habibie/Yunita Amalia

Merdeka.com


Infografis Pencopotan Baliho Rizieq Shihab dan Wacana Pembubaran FPI

Infografis Pencopotan Baliho Rizieq Shihab dan Wacana Pembubaran FPI. (Ilustrasi/Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya