Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mendorong sekolah untuk melakukan pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas pada Juli 2021 mendatang di tengah situasi pandemi Covid-19.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban meminta pemerintah daerah untuk memperketat pengawasan pelaksanaan PTM terbatas. Hal itu dilakukan guna menjamin keamanan lingkungan sekolah dari penyebaran Covid-19.
Advertisement
"Saya amat memahami, betapa kerasnya pemerintah daerah dan perangkat sekolah bekerja untuk mempersiapkan pembukaan kembali sekolah ini. Saya hanya bisa berpesan, tolong perketat monitoring dan konsisten dalam menjalankan protokol," kata Zubairi dalam unggahan di Instagram pribadinya, Kamis (10/6/2021).
Ia menekankan, dalam PTM Terbatas hal yang diutamakan ialah memberikan perlindungan bagi peserta didik dari penularan Covid-19. Ia berpesan jangan sampai sekolah baru dibuka, justru terjadi penularan masif di sana.
"Prinsipnya, tugas kita adalah melindungi anak-anak kita. Makanya monitor dan evaluasi itu harus berjalan terus. Jangan baru dibuka, kemudian ditutup lagi karena banyak guru dan murid yang terinfeksi Covid-19. Lihat klaster sekolah di Pekalongan. Malah jadi tidak efektif," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sebaiknya Diterapkan di Zona Kuning dan Hijau
Ia berharap, sebelum dilakukan PTM para guru dan staf di sekolah telah mendapatkan suntikan vaksin Covid-19. Zubairi mengakui bahwa tak semua daerah cocok menjalankan PTM terbatas. Hal itu bergantung juga pada zonasi penyebaran Covid-19 di masing-masing daerah.
"Pasalnya satu kebijakan ini belum tentu cocok untuk semua daerah. Apalagi daerah berstatus zona merah dan yang bed occupancy rate (BOR) tinggi. Ada baiknya, daerah mempertimbangkan dengan masak untuk membuka kembali sekolah sekolahnya," pesannya.
Dokter spesialis penyakit dalam itu mengatakan, dirinya lebih menyarankan agar hanya daerah yang berada di zona hijau dan kuning saja yang bisa membuka sekolah.
"Kalau daerah zona hijau dan kuning, saya pikir bisa-bisa saja, meski agak keberatan juga jika melihat positivity rate yang masih tinggi," pungkasnya.
Advertisement