Liputan6.com, Suba - Pemandangan warga Malaysia membentuk antrean panjang dan tidak mempraktikkan jarak sosial demi membeli BTS Meal pada 26 Mei 2021 digambarkan ahli medis sebagai tindakan "memalukan".
Koordinator Komite Penanggulangan Bencana Divisi Sibu (SDDMC) Dr Annuar Rapaee dalam Livestream Facebook-nya dengan cepat mengungkapkan ketidaksenangannyaatas insiden yang terjadi meskipun situasi pandemi COVID-19 semakin memburuk.
Advertisement
Dia mengatakan, insiden itu tidak hanya menghancurkan hatinya tetapi juga para garda terdepan Malaysia, demikian dikutip dari laman The Star, Jumat (11/6/2021).
"Saya menerima ratusan pesan dari frontliners yang sangat kesal dengan kejadian itu."
"Mereka mengatakan, bahkan tidak punya waktu untuk makan sementara orang-orang ini memiliki kebebasan untuk mengantri berjam-jam hanya untuk membeli menu BTS," katanya.
"Kita perlu perhatian kepada para garda depan. Meski tempat tidur yang tersedia di RS Sibu masih cukup, jumlahnya semakin hari semakin berkurang. Banyak yang menanyakan kapan MCO akan diberlakukan," katanya kala itu, sampai akhirnya lockdown diberlakukan pemerintah Malaysia pada 29 Mei - 14 Juni.
"Sambil menunggu pengumumannya, kita harus menghindari insiden antrian panjang ," desaknya.
Mereka yang mengantre panjang, kata dia, tidak hanya membahayakan kesehatan diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Untuk mencegah kejadian serupa terjadi di masa depan, dia menyarankan agar orang-orang harus memilih pesanan online di mana makanan akan dikirim kepada mereka daripada mengantri di depan restoran.
Lockdown Malaysia Terancam Diperpanjang
Lockdown atau penguncian total di Malaysia untuk menekan penyebaran COVID-19 yang dijadwalkan berakhir pada 14 Juni 2021, dapat diperpanjang jika jumlah infeksi harian tetap tinggi, kata Menteri Kesehatan Adham Baba.
Dia menyinggung perpanjangan itu karena infeksi harian COVID-19 masih di atas 4.000 per hari, demikian dikutip dari laman Today Online, Jumat (11/6/2021).
"Setelah delapan hari lockdown penuh, jumlah infeksi harian masih di atas 5.000 dengan rata-rata harian berada di 6.871 kasus," kata Dr Adham pada konferensi pers bersama dengan Menteri Sains dan Teknologi Malaysia Khairy Jamaluddin.
"Tujuan kami adalah menurunkan jumlah kasus harian menjadi 4.000 dalam tujuh hari setelah penguncian."
Pada 29 Mei, perdana menteri Muhyiddin Yassin mengumumkan bahwa warga Malaysia akan ditempatkan di bawah penguncian total (Fase 1) mulai 1 hingga 14 Juni.
Keputusan itu dibuat setelah penghitungan harian COVID-19 melebihi 8.000 kasus.
Dia mengatakan, jika Fase 1 berhasil, pemerintah Malaysia akan memberlakukan lockdown Fase 2 selama empat minggu dengan mengizinkan pembukaan kembali beberapa sektor ekonomi yang tidak melibatkan banyak orang.
Advertisement