Liputan6.com, Jakarta Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menemukan manfaat dari penggunaan sel punca mesenkimal asal tali pusat sebagai terapi tambahan bagi pasien COVID-19 kritis.
Penelitian yang dipimpin Ismail Hadisoebroto Dilogi, Guru Besar Ortopedi dan Traumatologi FKUI-RSCM menemukan bahwa pemberian terapi sel punca mesenkimal asal tali pusat mampu menurunkan tingkat kematian pada pasien COVID-19, yang dirawat dengan gejala kritis.
Advertisement
"Pemberian sel punca mesenkimal asal tali pusat secara infus intravena meningkatkan survival rate pasien COVID-19 derajat kritis dengan cara memodulasi anti inflamasi sistem imun," kata Ismail.
Dalam temu media virtual pada Jumat (11/6/2021), Ismail mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada terapi spesifik untuk COVID-19. Namun, terapi tambahan atau adjuvant dapat digunakan dalam penanganan pasien, yang salah satunya adalah sel punca mesenkimal.
Metode penelitian yang diterapkan adalah studi double-blind, randomized clinical trial, dan multisenter yang dilakukan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Universitas Indonesia, RS Persahabatan, dan RS Sulianti Saroso.
Sebanyak 40 subyek dilibatkan dalam studi ini, dengan 20 orang mendapat terapi standar ditambah infus berupa sel punca mesenkimal dengan dosis 1 juta sel per kilogram berat badan.
Kelompok sisanya adalah pasien COVID-19 kelompok kontrol yang mendapatkan terapi standar dengan plasebo.
Simak Juga Video Menarik Berikut Ini
Subyek Penelitian
Para subyek penelitan sendiri adalah mereka yang berusia 18 sampai 95 tahun, dinyatakan positif COVID-19 lewat tes PCR, leukopenia dan limfopenia, terlihat gambaran pneumonia pada X-Ray, serta mendapatkan persetujuan dari keluarga pasien.
Mereka yang tidak diikutsertakan dalam studi ini adalah pasien dengan riwayat keganasan, dalam kondisi hamil pada saat positif COVID-19, serta sedang mengikuti uji klinis lain dalam tiga bulan terakhir.
Sel punca mesenkimal tali pusat yang digunakan diambil dari tali pusat manusia dan diproduksi oleh Instalasi Pelayanan Terpadu Teknologi Medis Sel Punca RSCM-FKUI.
Ismail mengatakan, sebanyak 10 subyek dengan terapi sel punca mesenkimal dinyatakan sembuh, bersama dengan 4 orang dari kelompok kontrol.
Sementara sebanyak 26 subyek dilaporkan meninggal dunia, dengan 20 dari kelompok terapi sel punca dan 16 dari kelompok kontrol. Namun 17 di antaranya atau 65,3 persen mengidap diabetes.
"Karena orang yang diabetes ini ada disfungsi endotel karena paparan stres oksidatif dan inflamasi yang kronis, sehingga menyebabkan luaran yang lain," kata Ismail.
"Dan biasanya kalau pasien diabetes juga ada komorbid yang lain seperti jantung koroner, ada juga yang malah gagal ginjal," ujarnya.
Advertisement
Manfaat Terapi
Menurut Ismail, hal tersebut menunjukkan bahwa survival rate pasien di kelompok sel punca mesenkimal dibandingkan dengan kelompok kontrol adalah 2,5 kali lipat.
"Tapi jika menganalisis pasiennya, karena di kelompok kontrol banyak yang tanpa komorbid, tapi kalau menyertakan semua komorbidnya, dan jika menganalisis pasiennya dengan minimal 1 komorbid, maka didapatkan survival rate-nya 4,5 kali lipat."
Berdasarkan penilaian yang dilakukan, para peneliti pun menemukan bahwa terapi tersebut mampu menekan interleukin-6 (IL-6), namun mampu meningkatkan anti-inflamasi interleukin-10 (IL-10).
Meningkatnya IL-10 juga dilaporkan mengaktifkan supresor dari limfosit T.
"Kemudian dapat meningkatkan LIF sehingga terjadi reparasi dan regenerasi jaringan tubuh. Kemudian mengontrol kaskade respon inflamasi, dan juga menekan populasi limfosit CD 4, 8, dan 56, sehingga mengurangi respon badai sitokin,: kata Ismail.
Selain itu, peningkatan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) juga dilaporkan terjadi dan merangsang regenerasi jaringan, khususnya paru.
Studi ini sudah dipublikasikan di Stem Cell Translational Medicine Journal pada tanggal 8 Juni 2021.
Infografis Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Berapa Lama Kekebalan Tubuh Muncul?
Advertisement