Liputan6.com, Jakarta Pengguna rokok konvensional sepertinya banyak bergeser menjadi rokok elektronik atau sekarang mungkin Anda kerap mendengar permen nikotin. Lantas, seberapa bahaya produk ini untuk kesehatan?
Menurut dr. Feni Fitriani Taufik, SpP(K), M.Pd.Ked, dalam kasus permen nikotin, semua kembali ke niat pengguna apakah untuk bersenang-senang atau untuk berhenti merokok.
Advertisement
"Kalau untuk berhenti merokok, ada caranya dan itu didukung oleh tenaga kesehatan. Juga, penggunaan dalam jangka waktu tertentu," katanya dalam Webinar Hari Tanpa Tembakau Sedunia dengan tema “Commit to Quit”, ditulis Sabtu (10/6/2021).
Feni mengatakan, dalam dosis tertentu, permen ini sebenarnya bisa menghentikan kebiasaan merokok konvensional. Terutama pada orang-orang yang sudah ketergantungan nikotin. Namun penggunaannya harus diawasi dokter dan tidak lebih (biasanya) dari 3 bulan.
Simak Video Berikut Ini:
Permen nikotin bagian dari produk tembakau?
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (KPDPI), Agus Dwi Susanto mengatakan, bagaimana pun, permen nikotin merupakan bagian dari produk tembakau.
"Produk tembakau memiliki banyak variasi. Ada yang mengandung asap seperti rokok konvensional, cerutu, rokok pipa, dan sebagainya. Ada pula shisha yang tidak dibakar langsung namun uapnya melewati pipa dan air dihisap. Dan rokok elektronik yang bentuknya cairan keluar uap, isinya ada nikotin juga walaupun nggak ada tembakaunya. Ada pula icos-joul (tembakau padat) smokeless. Lalu produk nikotin yang bisa langsung dihisap contohnya yang selama ini beredar. Bentuknya apapun yang mengandung nikotin berbahaya," jelasnya.
Jika memang permen tersebut dijadikan salah satu obat untuk berhenti merokok atau Nicotine Replacement Therapy, Agus menyarankan untuk tetap melakukan konsultasi ke dokter karena ada pilihan lain juga selain obat seperti akupunktur atau hipnoterapi.
Advertisement
Dampak rokok elektrik pada kesehatan
Feni menambahkan, semua produk mengandung nikotin bersifat adiksi dan sama-sama mengandung bahan karsinogen, juga mengandung bahan toksik lainnya yang bisa berdampak pada kesehatan paru dan pernapasan. Sehingga sebaiknya jangan mulai merokok karena Anda tidak tahu kapan bisa berhenti.
"Berhenti merokok apapun jenisnya merupakan pilihan terbaik demi kesehatan jangka panjang," pungkas Feni.
Infografis Bahaya Merokok
Advertisement