Liputan6.com, Surabaya - Peneliti Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdussalam menilai Jatim perlu lebih banyak lagi politikus perempuan yang bersuara nyaring. Terutama mereka yang ada di parlemen, sehingga suara mereka lebih didengar eksekutif.
Surokim menambahkan, dalam isu gender dan sejumlah isu lain, peran politisi perempuan lebih pas. Ia mencontohkan dalam suasana pandemi seperti saat ini, politisi perempuan lebih mudah diterima masyarakat. Sebab secara psikologis figur perempuan lebih mengayomi dari pria.
Advertisement
"Saya kira dalam konteks Jawa Timur, Anik Maslachah adalah satu dari sedikit politisi perempuan di parlemen yang bersuara nyaring pada isu-isu publik, termasuk isu gender," urai Rokim.
Anik yang merupakan politikus PKB itu, menjadi pimpinan DPRD Jatim perempuan pertama di era reformasi. Ia resmi dilantik menjadi Wakil Ketua DPRD Jatim pada 13 Januari 2020, menggantikan Abdul Halim Iskandar yang diberi mandat Presiden Jokowi sebagai Menteri Desa, Percepatan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
"Mbak Anik tak sekedar perempuan yang menjadi pimpinan DPRD Jatim. Ia juga mewarnai perpolitikan di Jawa Timur. Saya kira di usia 49 tahun, masih banyak capaian yang bisa ia raih," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penerus Risma dan Khofifah
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya (FISIB) Universitas Trunojoyo Madura ini menjelaskan untuk regional Jawa Timur, ketokohan perempuan masih didominasi oleh sosok Khofifah Indar Parawansa dan Tri Rismaharini. Namun level keduanya sudah beranjak menjadi tokoh nasional asal Jawa Timur.
Karena itu, perlu ada regenerasi politisi perempuan menjadi suksesor Khofifah dan Risma. Ia berharap Kaukus Perempuan Politik atau Kaukus Perempuan Parlemen bisa tokoh-tokoh perempuan untuk semakin eksis. Selama ini para politisi perempuan lebih tertempa di ormas, seperti Muslimat NU.
"Anik Maslachah, Sri Untari, Anna Muawanah dan Hikmah Bafaqih, saya kira punya potensi menjadi suksesor Bu Khofifah dan Bu Risma," pungkas Rokim.
Advertisement