Cegah Kegawatan, Dokter Ingatkan Masyarakat Deteksi Dini Gejala Covid-19 ke Faskes

Kesadaran masyarakat mendeteksi dini keberadaan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, amat penting untuk menekan risiko kematian.

oleh Gilar Ramdhani diperbarui 11 Jun 2021, 21:59 WIB
Direktur Utama (Dirut) RSUD Al Ihsan Dewi Basmala Gatot dan Ketua Harian Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Jabar Daud Achmad saat menjadi pembicara dalam JAPRI (Jabar Punya Informasi) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (11/6/2021). (Foto: Dinkes Jabar)

Liputan6.com, Bandung Kesadaran masyarakat mendeteksi dini keberadaan SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, amat penting untuk menekan risiko kematian. Deteksi dini bisa dilakukan dengan memahami gejala-gejala COVID-19. Jika menderita salah satu gejala, segera lakukan skrining di fasyankes (Fasilitas Pelayanan Kesehatan) terdekat.

Dilansir situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), gejala COVID-19 paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yakni hidung tersumbat, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kehilangan penciuman. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.

Direktur Utama (Dirut) RSUD Al Ihsan Dewi Basmala Gatot mengatakan banyak pasien COVID-19 yang datang ke RSUD Al Ihsan dalam keadaan gawat dengan saturasi oksigen yang rendah, sehingga pasien telat mendapatkan penanganan dan mengakibatkan kematian.

Oleh karena itu, Dewi mengimbau kepada masyarakat untuk mengetahui gejala-gejala COVID-19 dan langsung melakukan skrining apabila mengalami gejala COVID-19. Dengan begitu, pasien COVID-19 akan cepat mendapatkan penanganan dan perawatan.

"Banyak yang datang dalam kondisi berat. Kadang ada yang meninggal dunia (saat mendapat penanganan) di IGD," kata Dewi saat menjadi pembicara dalam JAPRI (Jabar Punya Informasi) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (11/6/2021).

"Sebetulnya kondisi seperti itu pasien sudah lama di rumah. Tidak terdeteksi (sudah positif COVID-19) di rumah atau didiamkan saja di rumah. Tahu-tahu masuk rumah sakit dalam kondisi yang berat," imbuhnya.

 


Periksa Mandiri via Aplikasi Pikobar

Direktur Utama (Dirut) RSUD Al Ihsan Dewi Basmala Gatot dan Ketua Harian Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Jabar Daud Achmad saat menjadi pembicara dalam JAPRI (Jabar Punya Informasi) di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (11/6/2021). (Foto: Dinkes Jabar)

Imbauan senada dikatakan Direktur Rumah Sakit Borromeus Chandra Mulyono. Menurutnya, masyarakat harus mengenali tanda-tanda dini terpapar COVID-19 dan jangan membiarkan kondisi kesehatan menurun secara bertahap karena bergejala COVID-19.

"Kenali tanda-tanda dini terpapar COVID-19 sehingga lebih cepat datang dan mendapat penanganan. Kalau terlambat malah meninggalkan gejala sisa yang sulit diatasi bahkan menyebabkan kematian," kata Chandra.

Masyarakat Jabar pun dapat memeriksakan diri dengan melaporkan gejala-gejala yang dialami melalui fitur Periksa Mandiri di Aplikasi Pikobar (Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Jawa Barat).

Pikobar yang menggunakan artificial intelligence akan memberikan diagnosis awal dan mengeluarkan rekomendasi. Apakah masyarakat yang melapor mesti mendapatkan penanganan dokter atau cukup beristirahat di rumah (home care).

 


Disiplin Prokes 5M

Selain mendeteksi dini keberadaan COVID-19, masyarakat Jabar pun diimbau untuk terus disiplin menerapkan protokol kesehatan (prokes) 5M. Banyak bukti ilmiah menunjukkan, penerapan prokes efektif cegah penularan COVID-19.

Ketua Harian Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Jabar Daud Achmad mengatakan, pihaknya akan kembali meningkatkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat terkait penerapan prokes 5M.

"Untuk bisa mengendalikan pandemi COVID-19 itu jalannya hanya disiplin prokes 5M untuk kita semua, dan 3T (tracing, testing, dan treatment) di pemerintah untuk melaksanakan itu secara konsisten," kata Daud.

Daud juga meminta masyarakat Jabar untuk turut terlibat dalam penanganan pandemi COVID-19. Sebab, masyarakat bersama pemerintah merupakan garda terdepan melawan COVID-19.

"Seluruh masyarakat yang ada di daerah itu dapat berkontribusi dengan mengoptimalkan PPKM Mikro. Masyarakat dapat bergabung dengan posko (penanganan COVID-19) di kelurahan atau desa," katanya.

"Jika ada di lingkungannya positif COVID-19 dan menjalani isolasi mandiri, masyarakat bisa bergotong royong membantu mereka," imbuhnya.

 

(*)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya