Berdayakan Perempuan Bali, Nasabah BRI Berhasil Mendunia Lewat Produk Kerajinan Tangan

Selain bantuan modal, BRI juga memberikan berbagai pelatihan. Materi yang diajarkan seperti buyer matching, cara ekspor, dan marketing online.

oleh stella maris diperbarui 12 Jun 2021, 17:16 WIB
Ni Ketut Bakati Anggareni atau biasa disapa Ayu mengaku sejak awal sudah tertarik pada industri pengolahan kayu.

Liputan6.com, Jakarta Tak ada usaha yang berhasil diraih kesuksesannya, tanpa adanya komitmen. Ya itulah yang dilakukan Ni Ketut Bakati Anggraeni, salah satu nasabah BRI yang sukses membawa kerajinan Bali dikenal di pasar dunia dan membuka lapangan pekerjaan bagi kaum perempuan di sekitarnya. 

Ni Ketut Bakati Anggareni atau biasa disapa Ayu mengaku sejak awal sudah tertarik pada industri pengolahan kayu. Pada 1997, bisnis kerajinan barang rumah tangga berbahan dasar kayu dimulainya dengan membangun usaha yang dinamakan Bali Bakti Anggara. 

Merintis usaha sejak 23 tahun bukan hal yang mudah bagi Ayu. Bermodal uang tabungan Rp50 juta, Ayu mulai memproduksi hiasan dinding, meja kerja dan beberapa peralatan makan seperti mangkuk dan gelas kayu. Kerennya lagi, produk-produk tersebut sudah menembus pasar luar negeri seperti Amerika Serikat, Eropa dan Asia. 

“Sekitar 60% market kami di Amerika Serikat, 30 persen di Eropa dan sisanya di Asia termasuk pasar dalam negeri,” ujarnya.

Setelah masuk pasar luar negeri, aneka produk kerajinan tersebut dijual mulai dari U$D2,5 hingga U$D100 atau berkisar Rp35.600 hingga Rp1,4 juta per produk. Dalam kondisi normal, Ayu biasanya mampu mengekspor sebanyak 30-100 kontainer dan meraup omset hingga U$D50 ribu atau setara Rp710 juta per semester. 

 


Majukan Perempuan Bali

Bisnis skala UKM yang dijalankan Ayu banyak mempekerjakan perempuan. Ini bukan tanpa maksud. Pasalnya, di daerahnya di Kelurahan Abianbase, Gianyar, Bali, banyak perempuan yang sudah berkeluarga tetapi kesulitan mendapatkan pekerjaan. Ayu pun memutuskan memberdayakan perempuan setempat, terutama dalam proses pengemasan.

Namun, pandemi Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia telah memberi dampak signifikan pada usaha skala UMKM, termasuk usahanya.  Akibat permintaan pasar yang lesu terdampak pandemi, Ayu harus melakukan sejumlah penyesuaian, termasuk jumlah pekerja. Saat ini, dia hanya bisa mempekerjakan sekitar 23 orang, di mana 12 orang di antaranya merupakan pekerja perempuan.

Perempuan berusia 49 tahun ini mengaku pernah mengalami masa sulit. Saat itu pada pada 2012 lalu, usahanya terimbas perubahan tren di masyarakat. Kerajinan kayunya selama ini fokus pada kerajinan tradisional asli Bali yang banyak mengandung kreativitas ukiran. Namun ternyata tren di pasaran saat itu berubah, dan ini mempengaruhi usahanya.

“Kami sempat terlambat mengikuti tren tersebut. Kebetulan saat itu merupakan keuntungan bagi usaha saya, saya mendapat bantuan dari Pemerintah Belanda dimana mereka memiliki program untuk membina usaha kecil di negara berkembang, nah usaha saya terpilih,” ungkapnya.

Kesempatan itu dimanfaatkan Ayu sebaik mungkin untuk belajar dan lebih mengasah lagi kreativitas. Harapannya agar bisa menghasilkan produk-produk kerajinan kayu yang kekinian mengikuti roda zaman. 

Berkat pembinaan dari Pemerintah Belanda selama setahun akhirnya usaha kerajinannya normal kembali dan lebih berkembang. Ayu menuturkan tantangan lain yang dihadapi adalah terkait shipping buyer payment (sistem pembayaran dari pembeli). 

Pada masa pandemi Covid-19 seperti ini, masa tunggu menjadi lebih lama yakni sekitar 60 hari dari biasanya 30 hari. Kondisi itu tentu mempengaruhi cash flow dan dia membutuhkan tambahan modal usaha. Namun berkat bantuan BRI, Bu Ayu mampu terlepas dari kendala itu dan bisa melanjutkan usahanya.

 


Nasabah BRI

Sebenarnya Ayu sudah lama menjadi nasabah tabungan BRI. Hanya saja baru 2002 dia memberanikan diri meminjam modal usaha ke BRI. “Berkat bantuan dari BRI saya sangat terbantu, karena pengaruhnya ketika kita mendapat order dari buyer kemudian payment-nya harus menunggu lama, maka dengan bantuan modal dari BRI itu sangat membantu,” tutur dia.

Saat usahanya mulai berkembang dan mendapat pesanan lebih banyak barulah, Ayu mengajukan tambahan modal usaha kepada BRI. Setelah dapat order yang lebih banyak barulah saya bekerja sama dengan BRI. Pertama kali pinjam pada 2002 pinjamannya sebesar Rp 300 juta.

Pemimpin Cabang BRI Gianyar Jimmy Fajriansyah menungkapkan bahwa Ayu merupakan salah satu nasabah BRI yang lancar dalam mengangsur pinjaman dan memiliki kondisi keuangan stabil. Selain itu, dia juga termasuk UMKM yang mampu bertahan di masa pandemi.

“Beliau ini salah satu nasabah kami yang sudah lama, menjadi mitra kami sudah 20 tahun sejak pinjamannya kecil dan sekarang sudah meningkat terus. Pada masa pandemi ini beliau masih bisa bertahan dan menjalankan usahanya, kreativitas dan semangatnya sungguh luar biasa,” ujar Jimmy.

Selain bantuan modal, BRI juga memberikan berbagai pelatihan. Materi yang diajarkan seperti buyer matching, cara ekspor, dan marketing online. Tidak hanya itu, BRI pun turut mendukung pengembangan usaha yakni mempertemukan dengan para buyer, saat mengikuti UMKM Expo Tahun 2019. Berkat kegigihan dan kreativitas Bu Ayu, “Bali Bakti Anggara” telah memiliki dua cabang tempat produksi yakni di Bali dan Jawa Timur.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya