Liputan6.com, Jakarta - Namanya Emma, seekor badak putih betina. Ia menempuh perjalanan jauh, selama 16 jam, dari Taiwan ke Jepang, demi menemukan cinta dan pasangan.
Emma aslinya adalah penghuni Leofoo Safari Park di Taiwan. Ia terpilih dari calon 23 badak yang akan dikirim ke Jepang.
Advertisement
Bukan tanpa alasan badak betina itu terpilih. Kata staf kebun binatang yang merawatnya, Emma punya kepribadian lembut dan jarang berkelahi.
"Dia jarang berkelahi dengan badak lainnya atau merampas makanan hewan lain," kata Sean Wu, kepala dokter hewan di Leofoo Safari Park seperti dikutip dari Japan Today.
Alasan lain, ukuran Emma relatif kecil. Jadi, ia lebih mudah bepergian ke luar negeri.
Sudah lama perjalanan ini direncanakan. Harusnya Emma bertolak ke Negeri Sakura Maret lalu. Namun, rencana buyar akibat pandemi Covid-19.
"Setelah mengalami penundaan akibat virus corona, Emma, seekor badan putih selatan, tiba di kebun binatang kami pada 8 Juni malam," demikian pernyataan dari pihak Kebun Binatang Saitama Tobu, seperti dikutip dari BBC News, Minggu 13 Juni 2021.
Setelah peti yang mengangkutnya dibuka, tanpa malu-malu Emma menuju ke kandang yang telah disiapkan untuknya.
Bertemu Calon Jodoh
Di kebun binatang itu, Emma akan dipertemukan dengan calon jodohnya bernama Moran, badak jantan berusia 10 tahun.
Niat mempertemukan Emma dengan pasangannya adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan jumlah badak putih penangkaran di Asia.
Badak putih masuk kategori terancam punah, demikian menurut World Wide Fund for Nature (WWF). Jumlahnya tinggal 18 ribu di alam liar.
Perburuan jadi ancaman utama. Para pemburu mengincar cula badak untuk dipasarkan di Asia, terutama China dan Vietnam.
Cula badak diaku sebagai afrodisiak atau obat kanker. Padahal, klaim itu tidak terbukti secara ilmiah. Cula tersusun dari keratin, zat yang sama yang bisa ditemukan di kuku dan rambut manusia.
Advertisement