Harga Emas Diprediksi Alami Tekanan di Pekan Ini

Harga emas akan bearish karena tidak mampu menahan kenaikan di atas USD 1.900 per ounce meskipun ada penurunan imbal hasil obligasi AS.

oleh Tira Santia diperbarui 14 Jun 2021, 06:30 WIB
Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas sekali lagi terjebak dalam level konsolidasi pada pekan ini. Logam mulia akan diperdagangkan dalam level koridor yang sempit.

Para analis di Wall Street melihat bahwa harga emas belum bisa melaju ke level positif dalam di pekan ketiga Juni 2021 ini.

Mengutip Kitco, Senin (14/6/2021), analis mencatat bahwa ada dukungan fundamental yang solid bagi harga emas dengan tekanan inflasi terus meningkat.

Namun mereka melihat bahwa harga emas akan bearish karena tidak mampu menahan kenaikan di atas USD 1.900 per ounce meskipun ada penurunan imbal hasil riil dan dolar AS melemah.

Pekan ini, 15 analis berpartisipasi dalam survei emas Kitco News. Hasil yang diperoleh belum pernah terjadi sebelumnya. Kesimpulannya mengarah ke tiga arah dengan masing-masing skenario mengumpulkan lima suara.

Artinya, 5 analis menyatakan harga emas akan naik, 5 analis menyatakan harga emas akan tertekan dan sisanya 5 analis netral.

Sementara itu, total 1.056 suara diberikan pelaku pasar dalam survei online. Dari jumlah tersebut, 695 responden atau 66 persen menyebutkan bahwa harga emas naik minggu ini.

Sebanyak 181 responden atau 17 persen lainnya menyatakan melemah. Sedangkan 180 pemilih atau 17 persen juga netral.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Analisis

Ilustrasi Logam Mulia (iStockphoto)

Pada pekan lalu investor dan analis Wall Street memperirakan harga emas akan bullish. Namun pada kenyataannya harga emas tidak mampu ditutup di atas USD 1.900 per ounce.

Sepertinya, pasar emas sekali lagi akan menyambut pelemahan kembali. Emas berjangka pengiriman Agustus terakhir diperdagangkan di USD 1.881,80 per ounce, turun 0,5 persen dari minggu sebelumnya.

Minggu ini, para analis mengatakan secara fundamental sulit untuk melihat harga emas melonjak ketika inflasi di Mei naik menjadi 5 persen, kenaikan paling signifikan sejak Agustus 2008.

Meningkatnya inflasi ditambah dengan suku bunga yang lebih rendah berarti bahwa hasil riil telah turun lebih jauh ke wilayah negatif.

Banyak analis mengatakan bahwa meskipun harga emas berkonsolidasi, tren dan momentum tetap bullish karena harga bertahan di atas USD 1.855 per ounce.

Kepala analis Saxo Bank Ole Hansen mengatakan, meskipun dia secara teknis menyatakan harga emas akan bearish, dia tidak melihat alasan kejatuhannya akan dalam.

Dia menambahkan bahwa pasar kehilangan beberapa momentum dan perlu menemukan katalis baru untuk tren naik.

"Saya percaya The Fed salah, tetapi pasar telah membeli pandangan bahwa inflasi tidak akan berdampak besar pada perekonomian," katanya.

"Saya dapat melihat beberapa alasan jangka pendek menjadi negatif pada emas, tetapi saya melihat alasan fundamental yang kuat harga emas tidak akan mengalami kejatuhan yang dalam." tambah dia.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya