Liputan6.com, New Delhi - Seorang dokter di India menganggap Perdana Menteri Narendra Modi sebagai manusia super, meski banyak pihak menilai ia gagal mengatasi pandemi COVID-19. Menurut Dr. Satyendra Kumar Tiwary, seorang pemimpin seperti Narendra Modi datang "sekali dalam 2.500 tahun."
Seperti dikutip dari laman BBC, Senin (14/6/2021), ia juga menilaii sosok Modi harus diingat di antara orang-orang hebat dalam sejarah India, seperti Mahatma Gandhi, dan bahkan Buddha.
Advertisement
"Dunia tidak akan pernah melihat pemimpin lain seperti Modi," kata profesor bedah umum berusia 47 tahun dari Varanasi, yang merupakan daerah pemilihan parlemen Modi dan salah satu kota paling suci bagi umat Hindu.
"Dia bukan manusia biasa, dia superman. Dia orang suci."
Modi, yang telah memerintah India sejak 2014, tetap sangat populer meskipun ada kemunduran di bidang ekonomi.
Kini India sekarang dicengkeram oleh gelombang kedua bencana COVID-19 yang telah membuat krematoriumnya dipenuhi dengan jenazah dan menempatkan sistem kesehatannya di bawah tekanan yang sangat besar.
Sama seperti pandemi yang berkontribusi pada kekalahan Donald Trump di AS, Modi "hampir pasti" juga terkena pukulan politik, kata Ashutosh Varshney, direktur Pusat Asia Selatan Kontemporer di Brown University.
"Sebagian besar sangat kecewa karena mereka kehilangan orang yang mereka cintai. Mereka kehilangan saudara, orang tua, anak-anak mereka," katanya soal PM India tersebut.
Basis setia Modi
Modi mungkin berusia 70 tahun, tetapi dia juga memiliki banyak pendukung muda India.
Rishabh Mehta, seorang mahasiswa berusia 24 tahun, mengatakan bahwa dia tertarik pada nasionalisme Modi yang tak tergoyahkan dan memikirkan dengan baik pencapaian pemimpin itu dalam meningkatkan sistem pertahanan India.
Ketika ditanya tentang angka kematian Covid-19 yang tinggi di negara itu, Mehta mengatakan dia yakin angka itu telah digelembungkan oleh para pemimpin negara yang berusaha menodai citra Modi.
Mehta yakin ada "kampanye yang ditujukan untuk mencemarkan nama baik pemerintah pusat."
Sebagian besar pakar dan kritikus mengatakan sebaliknya, dan organisasi media India mengumpulkan semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa negara tersebut menghitung jumlah korban tewas, baik sengaja atau hanya karena India tidak dapat mengukur dampak sebenarnya dari pandemi tersebut.
Namun kesetiaan Mehta tetap kuat, bahkan setelah kehilangan salah satu teman dekatnya karena COVID-19.
Advertisement