Liputan6.com, Jakarta Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengakui bahwa masih ada kekhawatiran di sepertiga masyarakat Ibu Kota terhadap efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), kehalalan, serta kemanjuran dari vaksin COVID-19.
Lies Dwi Oktavia, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta mengatakan, patut diingat masih ada dua per tiga warga yang bisa memberikan informasi yang positif di lingkungannya.
Advertisement
Dalam konferensi pers terkait Survei Lapor COVID-19 mengenai Kesediaan Warga DKI untuk Divaksin, Lies mengatakan bahwa mereka yang masih ragu-ragu sesungguhnya bisa menjadi target yang potensial.
"Jangan sampai kita missed. Kita lupa bahwa mereka sebenarnya potential market yang harus bisa mendapat informasi yang benar, yang tepat, yang bisa menggiring perubahan perilaku supaya siap vaksin," kata Lies, Minggu (15/6/2021).
Lies melanjutkan, bagi mereka yang khawatir vaksin tidak manjur, hal ini bisa menjadi kesempatan untuk lebih mempromosikan manfaat dari protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan, menjaga jarak, dan mengurangi mobilitas).
"Kita jadikan ini sebagai sebuah kesempatan supaya orang akan tetap taat 5M. Karena walaupun mereka sudah divaksin, mereka masih ada rasa khawatir, tapi kekhawatiran itu kita harapkan tetap membuat mereka taat 5M," kata Lies.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Survei Ungkap 3 Kekhawatiran Warga DKI Jakarta
Lapor COVID-19 mengungkapkan ada tiga hal yang dikhawatirkan warga DKI Jakarta terkait vaksin COVID-19, yaitu terkait kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI), kemanjuran, serta kehalalan.
Hal itu terungkap dalam sebuah survei yang dilakukan Lapor COVID-19 terkait kesediaan warga Ibu Kota untuk divaksin.
Survei ini dilakukan pada 30 April hingga 15 Mei 2021, dengan jumlah responden mencapai 47.505 di DKI Jakarta dan dilakukan secara daring melalui Biro Tapem DKI, Aplikasi JAKI, dan jaringan masyarakat sipil.
"Yang clear cut menyatakan bahwa dia masih khawatir vaksin haram itu angkanya 23 persen. Yang tidak khawatir itu 53 persen. Plus masih ada yang ragu-ragu 25 persen," kata Dicky Pelupessy, peneliti Lapor COVID dalam konferensi pers Minggu kemarin, ditulis Senin (14/6/2021).
Selain itu, Dicky mengungkapkan bahwa masih ada yang khawatir vaksin COVID-19 yang diterima tidak manjur. Sebanyak 34 persen responden masih ragu akan kemanjuran dan 29 persen masih ragu-ragu.
"Yang tidak setuju dan sangat tidak setuju (vaksin tidak manjur) total jumlahnya 37 persen," kata Dicky.
Advertisement
Khawatir Soal KIPI
Dalam survei tersebut juga dilaporkan bahwa total sebanyak 32 persen atau sepertiga dari responden masih mengaku khawatir mengalami KIPI atau efek samping vaksinasi. "Yang ragu-ragu 24 persen, sementara yang tidak khawatir 44 persen."
Sementara, terkait ketakutan untuk disuntik vaksin, Lapor COVID hanya menemukan sekitar 10 persen responden yang mengatakan dirinya takut disuntik.
"Kalau kita lihat, yang khawatir vaksin itu haram, khawatir vaksin tidak manjur, khawatir terkena KIPI, angkanya kalau kita generalisir, sekitar sepertiga," kata dosen psikologi sosial di Universitas Indonesia itu.
Berdasarkan survei tersebut, Dicky pun mengatakan bahwa masih diperlukan edukasi dan sosialisasi yang lebih intensif, yang lebih menargetkan wilayah dan kelompok dengan kekhawatiran akan vaksin yang cukup tinggi.
"Pesan yang harus disampaikan bahwa vaksin itu bermanfaat dan efektif, kemudian risiko KIPI relatif rendah, dan vaksin itu halal. Tiga pesan kunci ini harus dibuat lebih intensif dalam sosialisasi dan edukasinya.
Infografis Usai Disuntik Vaksin Covid-19, Berapa Lama Kekebalan Tubuh Muncul?
Advertisement