Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 22 Juli 2021. RUPSLB akan membahas rencana Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue 28,67 miliar saham.
Aksi korporasi itu sehubungan dengan pembentukan holding BUMN ultra mikro atas BRI, Pegadaian dan PNM. Merujuk prospektus Perseroan dalam keterbukaan informasi BEI, dana hasil rights issue ini setelah dikurangi seluruh biaya emisi akan digunakan untuk pembentukan holding BUMN ultra mikro yang dilakukan melalui penyertaan saham perseroan.
Melalui rencana inbreng, BRI akan menjadi pemegang saham mayoritas pada Pegadaian dan PNM. Analis menilai, aksi korporasi ini akan berdampak positif bagi kinerja Perseroan.
Baca Juga
Advertisement
"BBRI sebagai pemegang saham mayoritas dapat meningkatkan penyaluran kredit dan memperbesar pangsa pasar kredit UMKM nya kepada masyarakat,” Analis Senior CSA Research Institute, Reza Priyambada kepada Liputan6.com, Selasa (15/6/2021).
Reza menambahkan, dampaknya memang belum terlihat saat ini. Namun, jika merujuk pada penyertaan BRI di PNM dan Pegadaian, asumsinya penyaluran kredit kepada sektor UMKM dapat lebih ditingkatkan.
Senada, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas menilai dampak aksi korporasi terhadap kinerja Perseroan berpotensi akan lebih baik.
"Kemudian modal perusahaan meningkat dan rasio valuasi dari PBV bisa turun yang artinya akan lebih murah dibandingkan sebelumnya. BBRI masih menarik untuk dikoleksi jangka panjang,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Strategi Saham
Kendati masih menarik untuk dikoleksi dalam jangka panjang, Sukarno mengatakan perlu untuk mencermati di kisaran harga yang rendah, atau buy on weakness.
"Disarankan bisa tunggu harga turun lagi atau gunakan strategi buy on weakness di area yang kita anggap support kuat. Karena kondisi saat ini cenderung sideways dan candle terakhir masih bearish,” kata dia.
Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma mengatakan, pembentukan holding ultra mikro ini merupakan sentimen positif karena bisa menciptakan sinergi dari Pegadaian dan PNM. Untuk strategi investasinya, ia menyarankan untuk menunggu harga rights issue yang belum diumumkan.
"Tinggal menunggu berapa nilai rights issuenya. Dengan adanya rights issue ini market cap BBRI diperkirakan akan naik mendekati atau melebihi Rp 600 triliun,” kata dia.
Dalam informasi keuangan konsolidasian proforma BBRI telah diterapkan perikatan keyakinan memadai oleh KAP PSS (firma anggota Ernst & Young Global Limited) berdasarkan laporan keuangan konsolidasian interim historis auditan Perseroan tanggal 31 Maret 2021 dan untuk periode 3 bulan yang berakhir pada tanggal tersebut.
Saldo konsolidasian historis BBRI dan entitas anaknya, bila dibandingkan dengan saldo konsolidasian proforma penggabungan perseroan dan entitas anaknya, termasuk Pegadaian dan PNM, maka total aset dari Rp 1.411 triliun menjadi Rp 1.515 triliun.
Adapun total liabilitas dari Rp 1.216 triliun menjadi Rp 1.289 triliun, dan pendapatan dari Rp 40 triliun menjadi Rp 47 triliun.S mentara beban usaha dari Rp 31 triliun menjadi Rp 37 triliun, sementara laba bersih dari Rp 7 triliun menjadi Rp 8 triliun.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa, 15 Juni 2021, saham BBRI melemah 2,76 persen ke posisi Rp 4.230 per saham. Saham BBRI dibuka stagnan di posisi Rp 4.350 per saham. Saham BBRI berada di posisi terendah Rp 4.210 dan tertinggi Rp 4.350.
Total frekuensi perdagangan saham 22.371 kali dengan volume perdagangan 1.915.875. Nilai transaksi harian saham Rp 813,6 miliar.
Saham BBRI naik 1,44 persen sepanjang tahun berjalan 2021. Saham BBRI berada di posisi tertinggi Rp 4.950 dan terendah Rp 3.820 per saham. Nilai transaksi Rp 78,4 triliun dan total frekuensi perdagangan 2.842.810 kali.
Advertisement