Kenapa Tak Ada Lantai 13 di Hotel dan Bangunan Lain?

Hampir tak ada bangunan usaha, seperti hotel, yang memiliki lantai 13 dab diganti dengan angka lain.

oleh Henry diperbarui 16 Jun 2021, 05:01 WIB
Ilustrasi Hotel di Jakarta | pexels.com/@tomfisk

Liputan6.com, Jakarta - Anda mungkin kerap bertanya-tanya kenapa hampir tidak ada tombol 13 dalam elevator atau lift hotel. Jawabannya sangat sederhana, hal itu karena lantai 13 sengaja dibuat tidak ada.

Angka 13 selalu identik dengan hal mistis atau kesialan. Karena itu, hampir tak ada bangunan usaha, seperti hotel, yang memiliki lantai 13. Ketakutan berlebih terhadap angka 13 disebut triskaidekaphobia.

Dilansir Travel and Leisure, 15 Juni 2021, angka 13 di tombol lift dianggap sebagai sebuah fobia para manajemen hotel yang berhubungan dengan angka kurang beruntung. Selain dari legenda nenek moyang, semakin banyak orang mengalami triskaidekaphobia setelah film horor slasher ‘Friday the 13th’ yang dirilis pada 1980.

Tidak diketahui secara pasti, kapan triskaidekaphobia menjadi "tren". Namun, sejak film itu dirilis, semakin banyak hotel yang mengganti penulisan lantai 13 dengan lantai 12A, 12B atau 14A, walau mereka masih memiliki lantai dengan urutan ke-13 dalam bangunannya.

Mereka meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan. Mungkin langkah tersebut telihat sepele. Bagi para ahli numerologi, 13 memang dianggap sebagai angka sial di mana letaknya tepat setelah angka 12 yang dikenal dengan angka lengkap.

Contohnya, dalam satu tahun terdapat 12 bulan, 12 zodiak, 12 dewa Olympus, 12 pekerja Hercules, dan lainnya. Sementara angka 13 diasosiasikan dengan nasib buruk karena angka ini punya kekurangan yang akhirnya menimbulkan keresahan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:


Esensi Menyeramkan

Apa Anda termasuk orang yang percaya mitos?

Bukan hanya para pihak hotel, beberapa tamu pun merasa horor saat menginap di lantai 13. Namun berdasarkan penelitian Gollup Poll pada 2007, 13 persen responden mengatakan bahwa mereka merasa tidak nyaman saat tinggal di lantai 13 sebuah hotel. Secara rasional, tentu hotel yang memiliki lantai di atas 12 tentu memiliki lantai 13.

Untuk menyiasati hal tersebut, pihak hotel biasanya tidak akan menggunakan angka 13 dan menamainya dengan angka dan istilah lainnya. Banyak bangunan di Kota New York yang mengganti angka 13 dengan "12B" atau "14A".

Sebuah survei yang dilakukan oleh CityReality menemukan bahwa dari 629 bangunan kondominium yang terdaftar memiliki 13 lantai atau lebih, hanya 55 bangunan yang benar-benar menamai lantai 13.

Itu artinya, 91 persen bangunan lainnya menamai lantai 13 dengan istilah lainnya untuk mengurangi esensi “menyeramkan”, dengan harapan bisa menarik calon pembeli maupun penyewa.


Angka 4

Ilustrasi hotel. (dok. pexels/Andrea Piacquadio)

Tak hanya di luar negeri, di Indonesia bisa dibilang sangat jarang ada bangunan seperti hotel atau apartemen yang menggunakan angka 13 untuk menamai lantai bangunan mereka.

Bukan hanya angka 13, angka yang paling umum ‘hilang’ pada lift adalah angka 4 dan 13, baik dihapus dari urutan, atau diganti dengan angka lain seperti 3B.

Dilansir dari beragam sumber, banyak yang percaya kalau angka 4 terkait dengan kematian. Alasannya, kata “empat” disebut dengan “shi” yang mirip pelafalannya dengan kata “mati” dalam bahasa Mandarin. Selain itu, penulisan angka 4 juga mirip dengan kursi terbalik, yang dianalogikan jatuhnya kepemimpinan atau kedudukan seseorang yang memiliki pangkat tinggi.

Angka 4 juga dipercaya membawa sesuatu yang negatif untuk developer atau investor gedung tersebut. Karena punya makna yang kurang baik, angka 4 ini dihapus dari urutan lantai lift. Meski begitu, masih banyak gedung-gedung menggunakan perhitungan normal pada lantai tanpa menghapus angka 4 dan 13.


5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi

Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya