Liputan6.com, Jakarta Melawan mutasi COVID-19, Wakil Kepala Lembaga Eijkman Bidang Penelitian Fundamental Herawati Sudoyo menerangkan, sebagian besar produsen vaksin COVID-19 mencoba mencapai tingkat efikasi hingga 70 persen.
Artinya, kemanjuran vaksin COVID-19 melindungi dari virus Corona diupayakan mencapai 70 persen. Sebagaimana standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap perusahaan produsen vaksin harus memastikan tingkat efikasi vaksin mereka sekurang-kurangnya 50 persen.
Advertisement
Angka efikasi tersebut sudah dicapai oleh produsen vaksin COVID-19 yang dibuat di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman.
"Hingga saat ini, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada satu pun vaksin COVID-19 yang tidak efektif menangkal mutasi virus COVID-19," kata Herawati dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com, Selasa (15/6/2021) malam.
“Kendati begitu, memang ada penurunan efikasi saat vaksin COVID-19 melawan mutasi virus COVID-19 ini. Namun, hal itu tidak mengurangi makna perlindungan yang diberikan vaksin COVID-19 itu sendiri."
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Menarik Berikut Ini:
Efikasi Vaksin COVID-19 Penuhi Standar WHO
Terkait vaksin COVID-19 yang diberikan kepada masyarakat saat ini, Pemerintah memastikan memiliki efikasi vaksin sesuai standar WHO terpenuhi.
"Efikasinya di atas 50 persen terpenuhi. Meski demikian, penelitian lebih lanjut terkait ini masih terus dilakukan. Untuk memastikan bahwa vaksin yang digunakan adalah vaksin yang efektif," terang Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito di Media Center COVID-19, Graha BNPB, Jakarta, Selasa (15/6/2021).
"Vaksinasi yang dilakukan harus betul-betul bisa memberikan proteksi kolektif atau herd immunity dari masyarakat yang diberi vaksin."
Advertisement
Vaksin COVID-19 Kurangi Kasus Infeksi
Pandemi COVID-19 belum berakhir. Untuk menekan kasus yang terus bertambah vaksinasi COVID-19 terus dilakukan.
Pemberian vaksin ini merupakan solusi yang dianggap paling tepat mengurangi jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19 yang sudah mulai bermutasi di beberapa negara, termasuk mutasi yang sudah masuk ke Indonesia.
Terkait upaya pemerintah untuk menyukseskan program vaksinasi, Herawati Sudoyo mendorong para ilmuwan perlu berbicara demi meluruskan kesimpangsiuran informasi dengan menegakkan bukti dan data-data ilmiah.
“Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) akibat vaksinasi COVID-19, misalnya. Hanya terjadi di berapa persen dari sekian juta orang yang sudah divaksinasi. Akan tetapi, hal-hal kecil inilah yang masuk pemberitaan dan menjadi besar," tambahnya.
"Saya pikir di sinilah porsi ilmuwan berbicara dengan data-data."
Infografis Covid-19 Varian Delta India Hantui Indonesia
Advertisement