Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan data sensus yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), demografi Indonesia saat ini mengalami perubahan. Lebih dari 50 persen didominasi oleh usia produktif yang berasal dari generasi Z dan milenial. Dari perubahan ini diharapkan akan menjadi kunci pemulihan ekonomi Indonesia di masa depan.
Adapun berdasarkan data tersebut, generasi Z mendominasi sebesar 27,9 persen, dan milenial sebanyak 25,87 persen. Pada penyedian lapangan kerja dan iklim usaha diharapkan generasi ini semakin berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Advertisement
Direktur Eksekutif Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Ventje Rahardjo mengatakan, berdasarkan data dari BPS diharapkan peran milenial pada aktivitas ekonomi meningkat termasuk di dalam ekonomi syariah.
“Kalau kita lihat sebagai pasar, peran daripada 50 persen penduduk usia muda tadi akan menjadi pasar yang sangat baik bagi industri Perbankan Syariah. Akan menjadi pasar yang sangat baik bagi industri asuransi syariah untuk menjual berbagai produk baik secara digital maupun analog,” jelasnya melalui siaran virtual pada Rabu (16/6/2021).
Sementara itu, milenial diprediksi pada masa depan akan menjadi pembuka lapangan pekerjaan baik pada industri Perbankan, asuransi, digital, dan lainnya.
Kemudian, dia juga mengatakan, saat ini merupakan masa yang sangat baik untuk generasi milenial dan Z dalam menciptakan usaha-usaha dengan mengambil resiko yang keluar dari pola pikir milenial.
Adapun dari berbagai perubahan yang terjadi saat ini, sudah sesuai dengan masterplan ekonomi syariah Indonesia, yang terdiri dari empat strategi utama, yaitu penguatan rantai nilai halal, penguatan keuangan syariah, penguatan ekonomi digital, dan penguatan UMKM dengan mewujudkan masterplan ekonomi syariah.
Dengan hal tersebut diharapkan dapat mempercepat terbentuknya ekosistem ekonomi syariah untuk mendukung penguatan ekonomi nasional dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Peran Fintech
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Fintek Syariah Indonesia, Ronald Yusuf Wijaya mengatakan, fintech saat ini sudah menyasar ke seluruh aspek produk keuangan, yaitu lending, blockchain, regtech, personal finance, payments, insurance, capital markets, wealth management, hingga mortgage.
Kemudian, dari adanya pandemi Covid 19 P2P Syariah terkena dampak yang positif, hal itu terlihat dari penyaluran yang mengalami kenaikan volume lebih dari 50 persen dibandingkan tahun 2019.
“Jumlah user mengalami lonjakan luar biasa rata-rata pengguna lebih dari 300 persen, hal ini karena semuanya sedang WFH sehingga aksesnya adalah handphone.serta literasi dan inklusi keuangan syariah sedang tumbuh cukup pesat,’ jelas Ronald.
Adapun Indonesia saat ini dilihat menjadi potensi besar sebagai pemimpin ekonomi syariah, hal itu terlihat dari empat hal diantaranya, young and unbanked, emerging middle class, jumlah populasi muslim terbesar, dan infrastruktur digital yang paling siap.
“Kita dianggap negara dengan persiapan infrastruktur digital yang paling siap, dibandingkan negara dengan populasi muslim terbesar lainnya, seperti Bangladesh, Pakistan, Mesir, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Reporter: Anisa Aulia
Advertisement