Berantas Preman dan Pungli, Operator Pelabuhan Diminta Tiru KAI

Pengamat menyarankan operator pelabuhan meniru cara pengelolaan di sektor kereta api oleh PT KAI (Persero) guna mengatasi masalah premanisme dan pungli

oleh Athika Rahma diperbarui 16 Jun 2021, 16:00 WIB
Kemacetan arus kendaraan saat melintas di Jalan Yos Sudarso arah Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/7). Kemacetan panjang kendaraan yang didominasi truk kontainer jadi pemandangan rutin di Tanjung Priok. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menyarankan operator pelabuhan meniru cara pengelolaan di sektor kereta api oleh PT KAI (Persero) guna mengatasi masalah preman dan pungutan liar (pungli) di lingkungan pelabuhan.

"Stasiun yang dulu kumuh, sekarang sudah rapi dan menarik, padahal kawasan stasiun juga dulunya penuh dengan aksi premanisme," katanya di Jakarta seperti dikutip dari Antara, Rabu (16/6/2021).

Djoko mengatakan aksi premanisme di pelabuhan sudah berlangsung lama. Hal tersebut, kata dia, terjadi di hampir semua pelabuhan, terutama pelabuhan besar yang aktivitasnya tinggi.

Pengamat dari Universitas Katolik Soegijapranata Semarang itu menilai masalah sosial-ekonomi seringkali menjadi penyebab masalah premanisme.

Menurut dia, jika lingkungan pelabuhan dipenuhi masyarakat yang tergolong miskin dan kumuh, maka dapat dipastikan hal itu terjadi. Bahkan, tak jarang terjadi kerja sama dengan oknum aparat juga.

"Dalam bidang apapun, apabila pelanggaran murni dilakukan sendiri oleh pelaku, pasti hanya akan berlangsung sementara. Tetapi, kalau pelanggaran sudah berlangsung rutin dan terus-menerus, pasti sudah ada kerja sama," ujarnya.

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu menambahkan jika di sekitar kawasan pelabuhan masih terdapat kemiskinan, hal itu bukan tugas dan kewajiban pihak operator pelabuhan untuk mengurusinya. Masalah tersebut menjadi kewajiban pemda setempat untuk mengurus dan membereskannya.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Libatkan Marinir TNI-AL

Sebuah kapal melintas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (11/1/2021). Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia (BI), meningkat dari capaian pada periode yang sama 2019 yang mengalami defisit 3,51 miliar dolar AS. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Namun demikian, ia juga meminta operator pelabuhan dapat memberikan bantuan, misalnya beasiswa kepada anak-anak di sekitar kawasan pelabuhan untuk melanjutkan sekolahnya.

Ia mengatakan sumber dananya bisa dianggarkan dari tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) atau dari gaji bulanan sejumlah direksi dan komisaris operator pelabuhan.

"Tapi, harus ada keseimbangan pula, misalnya ada keluarga dari masyarakat yang bekerja di pelabuhan, demi anaknya yang sedang menempuh pendidikan, terutama kuliah," katanya.

Djoko menambahkan dalam mengelola pelabuhan yang modern, pihak berwenang harus berani untuk menghilangkan biaya atau pungutan yang sebetulnya tidak perlu, seperti container crane yang tidak ada peran buruh, namun proses bongkar muatnya tetap dipungut biaya.

Ia juga menyarankan TNI AL dari kesatuan marinir dijadikan kepala pengamanan di lingkungan pelabuhan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya