Not Samsan Tech Asal Indonesia Nggak Kalah Keren Dari Samsan Tech Nam Do-san Cs

Dharmawan Santosa, Raihan Hamid Suraperwata, dan Clarissa Audrey Chinara dari Not Samsan Tech pencipta e-CO2mmurz.

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 16 Jun 2021, 16:45 WIB
Dharmawan Santosa, Raihan Hamid Suraperwata, dan Clarissa Audrey Chinara dari Not Samsan Tech pencipta e-CO2mmurz.

Liputan6.com, Jakarta - Di drama Korea Start Up, 2020, terdapat karakter Nam Do-san (Nam Jo-hyuk) yang diceritakan memiliki sebuah perusahaan rintisan 'Samsan Tech', yang bergerak di bidang kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI).

Dari tangan dingin Nam Do-san dan dua orang sahabatnya, Lee Chul-san (Yoo Su Bin) dan Kim Yong-san (Kim Do Wan), Samsan Tech berhasil melahirkan sebuah perangkat yang memudahkan orang-orang dengan gangguan penglihatan atau buta dalam beraktivitas.

Nah, di Indonesia juga ada lho sekumpulan anak muda berbakat kayak tiga sekawan di drama Korea tersebut. Mereka adalah Dharmawan Santosa, Raihan Hamid Suraperwata, dan Clarissa Audrey Chinara dari Not Samsan Tech.

'Anak' yang lahir dari Not Samsan Tech bahkan tidak kalah keren, yaitu e-CO2mmurz. Esktensi browser yang mengiformasikan pengguna tentang konsumsi karbon dioksida saat berbelanja di pelantar situs pasar digital (e-commerce).

Not Samsan Tech merupakan salah dua tim dari Indonesia yang berhasil keluar sebagai juara dalam pekan retas (hacathon) virtual Climate Hack 2021 yang diadakan Singapore International Foundation (SIF), bekerjasama dengan Code For Asia.

Pekan retas virutal yang diadakan selama tiga bulan, Maret hingga Mei 2021, tersebut menghadirkan peserta dari 16 negara di Asia. Para peserta dituntut memanfaatkan teknologi dan juga jaringan internasional dalam berinovasi untuk mengatasi masalah iklim.

Para peserta Climate Hack 2021 memelajari keterampilan digital seperti design thingking, desain UX/UI, dan coding melalui workshop yang dipimpin relawan Singapura dan internasional dari sektor digital.

Peserta akan dibimbing dalam memertajam solusi yang dibuat, memberikan saran, serta menyempurnakan projek yang mereka kerjakan.

Sembilan tim dari lima negara berhasil melaju ke babak final, hingga terpilihlah lima tim pemenang. Dua di antaranya dari Indonesia, yaitu Not Samsan Tech dan Gold Digger yang membuat aplikasi Agrow.

 

 

Simak Video Berikut Ini


Cara Kerja e-CO2mmurz Milik Not Samsan Tech

Berkat Not Samsan Tech dengan e-CO2mmurz yang mereka buat, calon pembeli yang berbelanja di situs e-commerce tidak sekadar bisa melihat harga atau bentuk dari barang yang akan dibeli saja, tapi juga informasi mengenai jejak karbon dari barang tersebut.

Saat berbincang secara virtual dengan Health Liputan6.com belum lama ini, perwakilan Not Samsan Tech, Dharmawan Santosa, menjelaskan, e-CO2mmurz sebenarnya berbentuk ekstensi (extention) yang tersambung ke browser seperi Safari, Google Chrome, atau Internet Explore.

e-CO2mmurz, kata Dharmawan, tidak menambah suatu keharusan yang dikerjakan oleh pengembang yang bekerja di suatu e-commerce, atau ada satu keharusan yang harus dilakukan juga.

"Tapi lebih kayak memberikan infromasi yang lebih lengkap kepada orang-orang yang berbelanja di e-commerce," kata Dharmawan.

"Nah, karena tersambung ke browser, ketika kita buka e-commerce warna orange atau hijau, kita akan melihat pop up informasi tambahan terkait berapa sih jejak karbon yang dikonsumsi dari produk yang akan kita beli. Simplenya seperti itu," Dharmawan melanjutkan.

 


Peduli Perubahan Iklim Tidak Harus Mahal

Ada pun alasan Dharmawan dan rekan-rekannya dari Not Samsan Tech membuat e-CO2mmurz, lantaran saat ini tidak sedikit orang yang mulai sadar pentingnya peduli perubahan iklim.

Hanya saja, orang cenderung beranggapan bahwa untuk peduli terhadap perubahan iklim adalah sesuatu yang mahal.

"Oleh sebab itu kita ingin membuat sebuah solusi yang sebenarnya tidak menambah beban pengguna, tapi efektif," ujarnya.

Menggunakan rumus-rumus jejak karbon

Saat proses pembuatan e-CO2mmurz, lanjut Dharmawan, idealnya menggandeng ahli lingkungan guna menentukan rumus dari jejak karbon sebuah barang.

"Tapi saat ini sebenarnya banyak rumus-rumus untuk perhitungan secara umum untuk jejak karbon. Jadi, karena untuk tahap awal, kita tidak bisa terlalu spesifik atau akurasi 100 persen. Misalnya, kalau sepatu Nike dengan model begini, jejak karbonnya sekian," katanya.

"Dari awalnya itu, kita melihat setidaknya ada sebuah informasi bahwa kita bisa menghitung dari seatu atau tas. Itu sebenarnya sudah cukup umum untuk rumus perhitungannya, jadi, tinggal menggabungkan rumus-rumus yang sudah ada" Dharmawan melanjutkan.

Ke depan, Not Samsan Tech akan memasukkan perhitungan wrapping atau kemasan barangnya juga.


Trafik kunjungan e-commerce saat Piala Dunia 2018

Trafik kunjungan e-commerce saat Piala Dunia 2018 (Infografis: Shopback)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya