Pengusaha Kerajinan Asal Yogyakarta Ini Bagikan Strategi Bertahan di Masa Pandemi

Banyak orang yang menggunakan media sosial untuk berinteraksi, oleh karena itu Deddy memanfaatkan sarana tersebut untuk promosi produk UMKM.

oleh Tira Santia diperbarui 16 Jun 2021, 19:30 WIB
Pegawai menata produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dijual di M Block Market, Jakarta, Minggu (14/3/2021). M Block Market menjual berbagai produk buatan dalam negeri dalam rangka mendukung program pemerintah terkait kemudahan berusaha bagi UMKM. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Pengusaha UMKM handicraft “Palem Craft” asal Yogyakarta, Deddy bercerita, selama pandemi covid-19 dia memanfaatkan teknologi digital agar usahanya tetap bertahan di masa pandemi.

Menurutnya, banyak orang yang menggunakan media sosial untuk berinteraksi, oleh karena itu dia memanfaatkan sarana tersebut untuk promosi produk home decor.

“Palem craft dimulai dari tahun 2003. Kami cuma memproduksi 2 produk saja lampu dan cermin, sehingga kami bisa lebih fokus. Bisa dibilang digitalisasi juga menjadi patokan utama untuk kami bisa bertahan untuk saat ini,” kata Deddy dalam Dialog Produktif Rabu Utama di Media Center KPCPEN, Rabu (16/6/2021).

Dia menjelaskan, produk handycraft berbeda dengan produk fashion dan produk kuliner yang mungkin bisa dicicip, dan dicoba. Namun, produk handycraft itu butuh disentuh, dilihat, dan dirasakan.

“Tapi pandemi ini akhirnya menghambat kami untuk eksplor dalam bentuk pameran. Karena dengan pameran kami bisa menunjukkan hasil kualitas. Akhirnya sebuah transformasi teknologi yang kami mencoba untuk bisa bertahan,” ujarnya.

Deddy mengaku pandemi ini membawa berkah, dimana banyak aktivitas masyarakat yang dilakukan di rumah, sehingga kebutuhan akan dekorasi rumah meningkat.

“Alhamdulillah sampai saat ini pandemi ini menjadi berkah. WFH menjadi sebuah peluang. Jadi kita sudah melihat bahwa WFH mereka mengamati seputaran rumah mereka mereka butuh ini butuh itu,” ungkapnya.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Digitalisasi

Perajin melakukan proses penghalusan saat menyelesaikan lampu hias berkarakter dari bahan pipa di Tangerang, Selasa (5/1/2021). Lampu hias berkarakter tersebut dijual dikasaran harga Rp 100 hingga Rp 150 ribu tergantung tingkat kesulitan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menurutnya, dengan memanfaatkan digital dan kekuatan media sosial, produk home decornya berupa lampu dan cermin bisa terjual, meskipun mengalami kesusahan di awal pandemi, namun seiring berjalannya waktu pandemi juga memberi dampak positif bagi usahanya. 

Walaupun pengusaha handicraft dan home décor banyak, namun Deddy memiliki strategi tersendiri agar usahanya tetap eksis di masa pandemi, diantaranya dia menerapkan marketing digitalisasi. 

“Lihat sekarang masyarakat lebih banyak condong ke arah media sosial, kita coba menggempur arah media sosial ternyata marketnya tepat,” ujarnya. 

Strategi selanjutnya, Deddy memperkuat identitas, yaitu membangun sebuah keunikan dan kekhasan produknya agar dilirik oleh calon konsumen. Selanjutnya, Deddy juga melakukan inovasi produk lampu dan cermin. 

“Instagram itu sangat luar biasa kalau memang mereka nggak cocok dengan produk, mereka langsung skip,” imbuhnya.

 

 


SOP

Selanjutnya, dia menerapkan SOP dengan mengajak para pengrajin dan petani. Sebab design dan material Palem Craft itu 95 persen menggunakan bahan alam yang ramah lingkungan, seperti serat pisang, rumput, kerrang, bamboo, daun, biji-bijian dan lainnya.

“Jadi SOP Apa yang harus kita lakukan, nah ini Coba kita lakukan. Kami juga melibatkan para petani dan pengrajin, mereka butuh kita dorong. Berikutnya kami melakukan sebuah standar kualitas yang tepat dan juga service,” pungkasnya.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya