Liputan6.com, Jakarta Inisiatif Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menggandeng empat organisasi masyarakat sipil (CSO) dalam konflik-konflik agraria mendapat dukungan dari kalangan pegiat reformasi birokrasi. Cara tersebut dinilai tidak hanya akan mempercepat penyelesaian konflik agraria yang terus bertambah dari tahun ke tahun, melainkan juga merupakan cara penyelesaian baru konflik agraria yang lebih holistik dan terpadu.
Dukungan itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Bureaucracy and Service Watch (IBSW), Nova Andika. Menurut Nova, konflik agrarian merupakan salah satu persoalan krusial di masyarakat yang meski selalu dilakukan penyelesaian oleh pemerintah senantiasa bertambah dari tahun ke tahun.
Advertisement
Mengutip catatan Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), pada 2017 saja setiap hari terjadi dua konflik agraria, atau sekitar 659 konflik dalam setahun. Angka itu meningkat hampir 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 2016, dengan cakupan lahan seluas 520 ribu hektare dan melibatkan 652 ribu kepala keluarga.
Dengan perhatian besar pemerintah yang terus melakukan segala upaya, termasuk membagi-bagikan tanah beserta sertifikat lahannya, angka tersebut pada tahun 2020 lalu menurun menjadi 241 kasus dengan korban 135 ribu kepala keluarga.
"Artinya, kasus-kasus konflik agraria memang besar dan krusial menimbulkan gesekan di masyarakat," kata Nova.
Dalam hal ini Nova sepakat dan mendukung keyakinan dan tekad Presiden Jokowi pada momentum Hari Tani 24 September 2018 untuk mempercepat penyelesaian konflik-konflik agraria.
Pada saat itu Presiden tidak hanya membagikan 17 ribu sertifikat tanah kepada warga Tangerang dan Bogor, tetapi juga menyatakan target untuk sesegera mungkin menyelesaikan konflik-konflik agraria dan menerbitkan jutaan sertifikat lahan untuk dibagikan kepada masyaralat secara cuma-cuma.
"Saya hitung kalau setahun hanya 500 ribu sertifikat, sementara masih kurang 80 juta, berarti bapak-ibu harus menunggu 160 tahun. Nunggu 160 tahun sanggup nggak? Menunggu 160 tahun, sengketa akan semakin banyak," ujar Jokowi saat itu.
Dengan besarnya jumlah kasus konflik agrarian setiap tahun, menurut Nova, langkah yang dilakukan KSP Moeldoko jelas sebuah terobosan baru yang efektif.
Pelibatan keempat CSO yang telah banyak terlibat dalam mediasi konflik-konflik agraria, yakni Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), Serikat Petani Indonesia (SPI), Badan Registrasi Wilayah Adat (BRWA), dan Gema Perhutanan Sosial (GEMA PS), kata Nova, memungkinkan penanganan yang lebih holistik, dibandingkan cara-cara sebelumnya yang cenderung lebih yuridis-normatif.
"Artinya, pemerintah melalui KSP Moeldoko telah membuka diri untuk memungkinkan penyelesaian yang lebih integrative, yang memungkinkan tertutupnya peluang timbulnya kasus-kasus baru, baik di lahan yang sama atau pun di tempat lain," kata Nova.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Percepat Penyelesaian Konflik
Sebagaimana ramai diberitakan media massa, dalam rapat koordinasi Tim Bersama Reforma Agraria, KSP Moeldoko menyatakan pemerintah akan menggandeng empat organisasi masyarakat sipil (CSO) untuk mempercepat penyelesaian konflik agraria prioritas pada tahun ini.
"Saya sudah berkoordinasi dan bersurat kepada Panglima TNI dan Kapolri agar menjaga kondusivitas lokasi-lokasi yang menjadi prioritas pada 2021 agar tidak terjadi kriminalisasi warga. Kita sudah membuka ruang kolaborasi bagi pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat sipil untuk bekerja sama. Silakan momentum ini dimaksimalkan untuk percepatan," kata Moeldoko.
Advertisement