Akademisi Sebut Hoaks Berdampak Negatif pada Pengendalian Pandemi Covid-19

Penyebab pandemi Covid-19 saat ini tidak hanya virus SARS-CoV-2, tetapi juga infodemik dan hoaks.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 18 Jun 2021, 23:30 WIB
Gambar ilustrasi diperoleh pada 27 Februari 2020 dengan izin dari Food and Drug Administration AS menunjukkan Virus Corona COVID-19. (US Food and Drug Administration/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pakar yang juga epidemiolog dari Universitas Andalas (Unand) Padang, Sumatera Barat, Defriman Djafri mengatakan, penanganan pandemi Covid-19 dari hulu hingga hilir harus proporsional.

"Kelemahan selama ini adalah penanganan dari hulu ke hilir tidak proporsional, khusus di daerah-daerah cenderung ketika kasus naik baru meningkatkan kapasitas rumah sakit dan tempat rawatan," kata Defriman dikutip dari Antara, Kamis (17/6/2021).

Sedangkan di hulu, kata dia, perilaku protokol kesehatan masih belum seluruhnya disiplin, apalagi muncul serangan misinformasi dan disinformasi. Sementara, pada saat sama tidak disiapkan strategi yang matang untuk membangun adaptasi tersebut, termasuk melawan berita-berita hoaks.

Menurut dia, penyebab pandemi Covid-19 saat ini tidak hanya virus SARS-CoV-2 tetapi juga infodemik, seperti misinformasi, disinformasi, dan mungkin jadi malinformasi yang salah selama ini.

Ia mengatakan, pemerintah dan kepala daerah harus menyadari bahwa antara virus dan informasi yang diterima masyarakat yang berkaitan dengan kasus Covid-19 akan berdampak terhadap penanganan dan pengendalian pandemi.

Oleh karena itu, peningkatan perilaku protokol kesehatan oleh seluruh masyarakat harus dilakukan. Kedisiplinan protokol kesehatan harus menjadi prioritas.

Selain itu, perbaikan informasi harus dilaksanakan dan strategi mengatasi infodemik juga harus diimplementasikan dengan matang.

Ia menambahkan pemerintah harus melakukan evaluasi secara komprehensif terkait penanganan pandemi Covid-19 usai Ramadan dan mudik Lebaran. Menurut dia, semua harus berbasis data dan fakta di lapangan.

Konsistensi penerapan kebijakan pusat dan daerah, katanya, juga harus menjadi perhatian semua pihak, terutama kepala daerah di kabupaten/kota, karena yang menjalankan kabupaten/kota adalah kepala daerah bukan provinsi.

Selain itu, disiapkan upaya dan strategi mengantisipasi masa liburan ke depan agar tidak terjadi lonjakan kasus seperti libur sekolah dan Idul Adha.

"Antisipasi yang harus dihadapi adalah mobilitas libur sekolah dan Idul Adha ke depan. Belajar dari pengalaman tahun lalu, kasus sulit dikendalikan, peningkatan kasus cenderung meningkat setelah itu," demikian Defriman Djafri.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya