Kasus Covid-19 Nasional Melonjak, Epidemiolog Minta PTM Terbatas Ditunda

Menurut Yudhi, dalam situasi seperti ini, terlebih lagi munculnya varian baru Covid-19, pembukaan sekolah dianggap berisiko.

oleh Yopi Makdori diperbarui 18 Jun 2021, 05:36 WIB
Pengendara motor melintasi mural bertema imbauan protokol kesehatan COVID-19 di kawasan Cakung Barat, Jakarta, Minggu (18/10/2020). Mural karya warga setempat tersebut bertujuan mengingatkan masyarakat akan pentingnya memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Kasus harian Covid-19 nasional dalam beberapa hari ini terus meningkat. Melihat hal tersebut, Ahli Epidemiologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Yudhi Wibowo minta pemerintah untuk menunda rencana untuk mendorong sekolah menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di kelas.

Menurut Yudhi, dalam situasi seperti ini, terlebih lagi munculnya varian baru Covid-19, pembukaan sekolah dianggap berisiko.

"Kalau melihat lonjakan kasus apalagi ada varian Delta ya, sebaiknya ditunda ya. Beberapa yang sudah simulasi pun akhirnya dihentikan ya. Seperti DKI karena melonjak kasusnya jadi dihentikan," ujar Yudhi saat dihubungi Liputan6.com, Kamis (17/6/2021).

Penyelenggaraan PTM terbatas saat ini dianggap amat berisiko menularkan kasus Covid-19. Terlebih Yudhi merasa belum yakin jika semua sekolah dapat menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat.

"Risikonya sangat besar karena saya belum yakin sepenuhnya bahwa semua satuan pendidikan itu mampu menerapkan prokes dengan ketat. Walaupun itu secara berjenjang itu selalu disupervisi ya, tapi buktinya itu ada yang kebobolan ya," papar Yudhi.

Ia mencontohkan kasus penularan Covid-19 di lingkungan sekolah. Misalnya sebuah Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah yang tengah menggelar uji coba PTM terbatas justru kedapatan ada warga sekolah yang terkonfirmasi positif Covid-19.

"Jadi sakit, tapi tetap masuk, padahal sudah diswab. Harusnya kan kalau menunggu swab karantina dulu, tidak masuk. Tapi maksa masuk ternyata dia positif. Akhirnya kan ditracing ternyata ada beberapa guru yang kena juga," katanya.

"Itulah yang saya khawatirkan bahwa penerapan prokes baik oleh satuan pendidikan atau oleh pelakunya, guru staf dan muridnya itu belum bisa. Itu yang saya khawatirkan," sambungnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Pertimbangkan Kondisi Pandemi

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) memastikan bahwa pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas tak akan dilakukan secara serentak di seluruh Tanah Air. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek, Jumari menerangkan bahwa PTM terbatas bakal tetap memperhatikan kondisi pandemi di suatu daerah.

“Harus dipahami bahwa PTM terbatas bukan dilaksanakan secara serentak seluruh Indonesia, tapi PTM dilakukan secara dinamis tergantung dengan situasi pandemi di wilayah masing-masing,” tegas Jumeri seperti dikutip dalam laman Direktorat Sekolah Dasar, Kamis (17/6/2021).

Karena PTM itu sifatnya dinamis yang bisa buka dan tutup dan bisa berubah kondisinya, maka menurut Jumeri hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan kesiapan mental warga sekolah, yaitu guru, karyawan, kemudian peserta didik dan orang tua. Jumeri mengimbau supaya dalam lingkungan sekolah mesti ditanamkan budaya kewaspadaan terhadap penularan Covid-19.

“Harus disiapkan mentalnya bahwa harus ada budaya yang dipenuhi bersama yaitu budaya kewaspadaan. Kemudian gotong royong untuk menjaga protokol kesehatan agar sekolah dapat melakukan PTM tetapi tetap aman. Jadi, bangun karakter bersama dulu agar sekolah itu aman,” imbuh Jumari.

Jumeri juga menegaskan, PTM terbatas yang didorong dilaksanakan pada Juli nanti berbeda dari pembelajaran seperti sebelum pandemi. Aktivitas pembelajaran tatap muka secara terbatas ini akan dilakukan setelah pemerintah menyelesaikan vaksinasi terhadap pendidik dan tenaga kependidikan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya