Wall Street Beragam Imbas Sentimen The Fed

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones Industrial Average merosot 210 poin atau 0,62 persen menjadi 33.823,45.

oleh Agustina Melani diperbarui 18 Jun 2021, 05:52 WIB
Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan saham Kamis, 17 Juni 2021. Hal ini seiring investor mencerna kebijakan terbaru bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang akan menaikkan suku bunga dan memperkirakan inflasi lebih tinggi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones Industrial Average merosot 210 poin atau 0,62 persen menjadi 33.823,45. Indeks Dow Jones terbebani kerugian masing-masing lebih dari tiga persen di saham Dow Inc dan Caterpillar karena sebagian besar harga komoditas terpukul.

Indeks S&P 500 turun 0,04 persen menjadi 4.221,86. Indeks Nasdaq naik 0,87 persen menjadi 14.161,35 seiring investor mengejar saham perusahaan teknologi besar. Saham Tesla naik 1,9 persen, Amazon menguat hampir 2,2 persen, dan Facebook mendaki 1,6 persen. Saham Shopify dan Twilio masing-masing naik hampir 6,1 persen dan 8 persen.

Saham-saham yang terkait dengan bahan baku atau material memimpin kerugian seiring langkah the Federal Reserve untuk akhirnya menaikkan suku bunga. Di sisi lain, China menekan harga logam dengan kampanyenya sehingga meredakan lonjakan harga komoditas pada 2021.

Namun, kerugian di wall street secara keseluruhan dinilai masih terkendali. Hal ini seiring bank sentral AS mempertahankan program pembelian asetnya, yang menurut sejumlah investor akan mendukung saham dalam jangka pendek.

Pertemuan the Federal Reserve pada Rabu-Kamis mendorong aksi jual dalam saham setelah bank sentral AS menaikkan garis waktu untuk kenaikan suku bunga, dengan melihat dua kenaikan pada 2023.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Klaim Pengangguran Tambah Beban Wall Street

Ekspresi pialang Michael Gallucci saat bekerja di New York Stock Exchange, Amerika Serikat, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Bank sentral AS juga menaikkan perkiraan inflasi menjadi 3,4 persen pada 2021, angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan Komite Pasar Terbuka The Federal Reserve pada Maret 2021.

Harga tembaga berjangka turun hampir lima persen, sementara harga berjangka palladium dan platinum masing-masing turun lebih dari 11 persen dan hampir 7 persen. Harga minyak AS turun lebih dari satu persen menjadi USD 71,04.

“Komoditas telah menjadi investasi popular pada tahun lalu karena investor telah menambahkan beberapa perlindungan portofolio terhadap inflasi. Begitu banyak investor yang mungkin terlalu terekspos ke pertemuan the Fed dan respons dolar AS yang memaksa beberapa pertimbangan ulang,” ujar Chief Investment Strategist Leuthold Group, Jim Paulsen, dilansir dari CNBC, Jumat (18/6/2021).

Hedge Fund David Tepper menuturkan, the Federal Reserve melakukan pekerjaan dengan baik pada Rabu pekan ini dan pasar saham masih baik-baik saja untuk saat ini.

Sementara itu, tekanan menambah beban wall street yaitu Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim pengangguran awal naik pekan lalu menjadi 412.000 dari 375.000 pada pekan sebelumnya. Sedangkan ekonom memperkirakan klaim pengangguran 360.000.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya