Wisata Luar Angkasa Super Mahal Patok Tarif Ratusan Miliar, Apa Enaknya?

Paling nyata, kita hanya dapat "menduga" kondisi di luar angkasa dari berbagai film, serial TV, atau dokumenter yang mengangkat cerita di luar angkasa.

oleh Yuslianson diperbarui 19 Jun 2021, 08:00 WIB
Peserta menikmati Blue Origin Space Simulator selama konferensi Amazon tentang robotika dan kecerdasan buatan di Hotel Aria di Las Vegas, Nevada. Mark Ralston/AFP

Liputan6.com, Jakarta - Bagi sebagian banyak masyarakat umum, kesempatan untuk terbang ke luar angkasa, merasakan sensasi bergerak di gravitasi nol, dan melihat bulan dari dekat hanyalah sebatas mimpi.

Paling nyata, kita hanya dapat "menduga" kondisi di luar angkasa dari berbagai film, serial TV, atau dokumenter yang mengangkat cerita di luar angkasa.

Blue Moon, kendaraan khusus untuk menjelajahi bulan, setelah diperkenalkan oleh CEO Amazon Jeff Bezos pada acara Blue Origin di Washington, 9 Mei 2019. Kapal ini memiliki berat lebih dari tiga metrik ton kosong dan mampu membawa 3,6 ton ke permukaan bulan. (SAUL LOEB / AFP)

Akan tetapi, pada 28 April 2001, Dennis Tito berhasil mewujudkan mimpinya sebagai masyarakat umum pertama yang menjelajah angkasa atau wisata luar angkasa.

Tito sendiri bukanlah seorang astronot, dia adalah seorang insinyur dan pengusaha asal Amerika Serikat berumur 80 tahun. Dikutip dari The Conversation, Jumat (18/6/2021).

Untuk satu kursi di pesawat ruang angkasa Rusia bernama Soyuz dan kesempatan berkunjung ke Stasiun Luar Angkasa Internasional, dirinya rela merogoh kocek sebesar USD 20 juta atau sekitar Rp 290 miliar.

Foto selebaran yang diperoleh dari Blue Origin menunjukkan Crew Capsule 2.0 di tempat yang dirahasiakan. Blue Origin/AFP

Sejak itu, dalam kurun 20 tahun hanya ada tujuh orang yang mengikuti jejak Tito melakukan wisata ke luar angkasa. Akan tetapi, jumlah tersebut akan bertambah dalam satu hingga dua tahun mendatang.

Berhubung NASA masih sungkan menjadi penyelenggara wisata ke luar angkasa, banyak yang memprediksi Rusia akan menjadi "pemain utama" bagi mereka yang ingin merasakan sensasi berwisata di luar angkasa.

Foto selebaran ini diperoleh dari Blue Origin menunjukkan mesin roket BE-3 untuk pendaratan yang sukses. Blue Origin/AFP

Namun, hal tersebut dapat digagalkan oleh bangkitnya perusahaan penerbangan luar angkasa swasta seperti Blue Origin, Virgin Galactic dan SpaceX.

Dengan semakin terbukanya akses dan banyak orang yang rela mengucurkan uang untuk menjelajah di luar angkasa, ketiga perusahaan swasta tersebut berlomba-lomba menawarkan "paket" wisata langka tersebut.

Wisata luar angkasa. Blue Origin/AFP

Salah satu orang pertama yang mengambil kesempatan itu adalah miliarder asal Jepang, Yusaku Maezawa.

Walau tidak menyebutkan berapa uang yang dihabiskan untuk perjalanan pribadi mengelilingi bulan dan kembali ke Bumi dengan SpaceX, Yusaku direncanakan akan melesat ke luar angkasa pada 2023.

Kapsul Blue Origin untuk wisata manusia ke luar angkasa (Sumber: CNET)

Paling terkini adalah seseorang mengeluarkan USD 28 juta atau  Rp 404 miliar, untuk terbang dengan pesawat New Shepard Blue Origin bersama dengan pemilik perusahaan penerbangan luar angkasa tersebut.

Yup, meski belum diungkap siapa namanya. Dia akan mendapatkan kesempatan langka untuk berwisata ke luar angkasa bersama dengan miliarder Amazon, Jeff Bezos, dan saudaranya, Mark Bezos pada Juli 2021.

Blue Origin. (Foto: CNN Money)

Sementara itu, SpaceX saat ini berencana untuk meluncurkan dua penerbangan wisata antariksa. Pertama dijadwalkan pada awal September 2021, didanai oleh pengusaha miliarder Jared Isaacman.

Perjalanan lainnya direncanakan untuk 2022, diselenggarakan oleh Axiom Space. Perjalanan ini akan memakan biaya USD 55 juta atau Rp 793 miliar untuk penerbangan dan menginap di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Seru, bukan?

(Ysl/Isk)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya