Bakal Melantai di Bursa AS, Asuransi FWD Incar Dana Segar USD 2 Miliar

Perusahaan induk FWD Ltd. dan FWD Group Ltd. telah secara rahasia menyerahkan rancangan pendaftaran ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS terkait rencana IPO..

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Jun 2021, 14:30 WIB
(Foto: Ilustrasi wall street, Dok Unsplash/Sophie Backes)

Liputan6.com, Jakarta - FWD, perusahaan asuransi Asia yang didukung oleh miliarder Richard Li, telah mengajukan secara rahasia untuk penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) di AS.

Dilansir dari Bloomberg, ditulis Jumat (18/6/2021),perusahaan induk FWD Ltd. dan FWD Group Ltd. telah secara rahasia menyerahkan rancangan pendaftaran ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS terkait rencana tersebut.

Menurut sumber yang mengetahui rencana itu, FWD berencana menghimpn dana segar sekitar USD 2 miliar dari IPO. Dengan pencatatan ini, valuasi perusahaan diperkirakan sekitar USD 13 miliar.

Adapun Perseroan melaporkan kerugian bersih sebesar USD 243 juta dari pendapatan USD 9,5 miliar tahun lalu, dibandingkan dengan kerugian USD 278 juta 2019. Laba operasional sebelum pajak adalah USD 125 juta di sepanjang 2020.

Perusahaan asuransi mempertimbangkan berbagai opsi selama beberapa bulan terakhir termasuk penjualan saham pertama kali di Hong Kong, Bloomberg News melaporkan pada September. FWD juga telah mempertimbangkan rencana seperti listing di AS melalui merger dengan perusahaan akuisisi tujuan khusus (special purpose acquisition company/SPAC).

Didirikan pada 2013, FWD telah melakukan banyak akuisisi di seluruh Asia dalam beberapa tahun terakhir. Ini hadir di pasar termasuk Hong Kong, Makau, Thailand, Indonesia, Filipina, Singapura, Vietnam, Jepang dan Malaysia, menurut situs webnya. Pemegang saham minoritasnya termasuk sesama perusahaan asuransi Swiss Re AG serta GIC Ventures, RRJ Capital dan Hopu Investments.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Penutupan Wall Street pada 17 Juni 2021

Director of Trading Floor Operations Fernando Munoz (kanan) saat bekerja dengan pialang Robert Oswald di New York Stock Exchange, AS, Rabu (11/3/2020). Bursa saham Wall Street jatuh ke zona bearish setelah indeks Dow Jones turun 20,3% dari level tertingginya bulan lalu. (AP Photo/Richard Drew)

Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi pada perdagangan Kamis, 17 Juni 2021. Hal ini seiring investor mencerna kebijakan terbaru bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) yang akan menaikkan suku bunga dan memperkirakan inflasi lebih tinggi.

Pada penutupan perdagangan wall street, indeks Dow Jones Industrial Average merosot 210 poin atau 0,62 persen menjadi 33.823,45 terbebani kerugian masing-masing lebih dari tiga persen di Dow Inc dan Caterpillar karena sebagian besar harga komoditas terpukul.

Indeks S&P 500 turun 0,04 persen menjadi 4.221,86. Indeks Nasdaq naik 0,87 persen menjadi 14.161,35 seiring investor mengejar saham perusahaan teknologi besar. Saham Tesla naik 1,9 persen, Amazon menguat hampir 2,2 persen, dan Facebook mendaki 1,6 persen. Saham Shopify dan Twilio masing-masing naik hampir 6,1 persen dan 8 persen.

Saham-saham yang terkait dengan bahan baku atau material memimpin kerugian seiring langkah the Federal Reserve untuk akhirnya menaikkan suku bunga. Di sisi lain, China menekan harga logam dengan kampanyenya sehingga meredakan lonjakan harga komoditas pada 2021.

Namun, kerugian di pasar secara keseluruhan dinilai masih terkendali. Hal ini seiring bank sentral AS mempertahankan program pembelian asetnya, yang menurut sejumlah investor akan mendukung saham dalam jangka pendek.

Pertemuan the Federal Reserve pada Rabu-Kamis mendorong aksi jual dalam saham setelah bank sentral AS menaikkan garis waktu untuk kenaikan suku bunga, dengan melihat dua kenaikan pada 2023.

Bank sentral AS juga menaikkan perkiraan inflasi menjadi 3,4 persen pada 2021, angka tersebut lebih tinggi dari perkiraan Komite Pasar Terbuka The Federal Reserve pada Maret 2021.

Harga tembaga berjangka turun hampir lima persen, sementara harga berjangka palladium dan platinum masing-masing turun lebih dari 11 persen dan hampir 7 persen. Harga minyak AS turun lebih dari satu persen menjadi USD 71,04.

“Komoditas telah menjadi investasi popular pada tahun lalu karena investor telah menambahkan beberapa perlindungan portofolio terhadap inflasi. Begitu banyak investor yang mungkin terlalu terekspos ke pertemuan the Fed dan respons dolar AS yang memaksa beberapa pertimbangan ulang,” ujar Chief Investment Strategist Leuthold Group, Jim Paulsen, dilansir dari CNBC, Jumat (18/6/2021).

Hedge Fund David Tepper menuturkan, the Federal Reserve melakukan pekerjaan dengan baik pada Rabu pekan ini dan pasar saham masih baik-baik saja untuk saat ini.

Sementara itu, tekanan menambah beban wall street yaitu Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan klaim pengangguran awal naik pekan lalu menjadi 412.000 dari 375.000 pada pekan sebelumnya. Sedangkan ekonom memperkirakan klaim pengangguran 360.000.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya