Liputan6.com, Jakarta - Saham menjadi salah satu investasi yang banyak dilirik masyarakat Tanah Air saat ini. Tak heran, angka investor ritel di lantai bursa terus meningkat.
Selain terdapat beragam istilah berbeda, investor juga perlu mengetahui dengan pasti saham pada indeks yang dibagikan Bursa Efek Indonesia (BEI), salah satunya indeks LQ45.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menuturkan, indeks LQ45 menjadi salah satu indeks yang banyak dilirik investor karena emiten yang masuk dalam daftar dinilai paling likuid atau aktif diperdagangkan.
"LQ45 itu merupakan indeks, artinya kumpulan dari saham yang dipilih karena dinilai paling likuid. Jadi terdapat 45 saham yang transaksinya paling banyak dilakukan sehari-hari," ujar dia kepada Liputan6.com, Sabtu (19/6/2021).
Baca Juga
Advertisement
Wawan menuturkan, indeks LQ45 biasanya akan diupdate setiap 6 bulan, sehingga investor mengetahui secara real time kinerja emiten-emiten di bursa.
"Anggota dari LQ45 itu biasanya dinilai paling likuid, jadi kalau investor beli saham-saham ini, maka tidak ada kesulitan kalau mau beli atau jual karena likuid itu setiap hari ada transaksi," ujarnya.
Selain indeks LQ45, Wawan juga menjelaskan terdapat cukup banyak indeks yang bisa menjadi perhatian para investor, seperti IDX30. Hal ini dilakukan untuk mempermudah investor saat ingin membentuk portofolio dan memilih emiten yang tepat.
"Jadi memang fungsinya, bursa ingin memberikan kemudahan bagi investor kalau mereka mau membentuk porfolio saat mereka memilih, apakah likuid atau ada juga yang sering membangikan dividen," tuturnya.
Tak jauh berbeda dengan LQ45, IDX30 merupakan indeks yang memperlihatkan emiten dengan likuiditas yang baik. Hanya saja yang terpilih hanya 30 emiten.
"Sekarang banyak untuk indeks yang bisa diperhatikan investor, ada IDX30 itu mirip LQ45 yang paling likuid tapi cuma dipilih 30 saham saja, ada juga yang cuma perusahaan BUMN," tegasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Trivia Saham: Mengenal Saham Blue Chip di Pasar Modal, Apa Itu?
Sebelumnya, saat Anda investasi saham di pasar modal mungkin mendengar sejumlah istilah dan kata-kata yang baru di telinga. Mungkin saja Anda mendengar kata saham blue chip, saham lapis kedua dan ketiga, saham LQ45, dan lainnya.
Atau bagi Anda yang sudah lama investasi saham, istilah tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari. Namun, tapi tahukah Anda apa itu saham blue chip? Lalu apakah saham ini bisa jadi pilihan investasi terutama bagi investor pemula?
Kali ini trivia saham membahas mengenai saham blue chip. Istilah yang sering Anda akan dengar saat investasi di saham.
Mengutip laman investopedia, Minggu, 18 April 2021, saham perusahaam yang masuk blue chip ini merupakan perusahaan yang diakui secara nasional, mapan, dan sehat secara keuangan. Perusahaan masuk kategori blue chip biasanya menjual produk dan layanan berkualitas tinggi yang diterima secara luas.
Perusahaan tersebut juga tahan terhadap penurunan dan beroperasi dengan menguntungkan meski hadapi kondisi ekonomi yang buruk.Adapun istilah “blue chip” pertama kali digunakan untuk menggambarkan saham dengan harga tinggi pada 1923.
Saat itu, seorang karyawan di Dow Jones, Oliver Gingold mengamati perdagangan saham tertentu dengan harga USD 200 atau lebih per saham. Ia menggunakan frasa tersebut untuk pertama kali ketika berdiri di samping ticker perusahaan yang akhirnya menjadi Merril Lynch.
Setelah mengamati beberapa saham yang diperdagangkan dengan harga USD 200-USD 250 per saham dan lebih tinggi, ia melaporkan kepada Lucien Hooper dari Hutton and Company, dan dia akan kembali ke kantor sehingga dapat menulis mengenai saham blue chip ini. Dari Gingold, istilah saham blue chip menjadi terkenal hingga sekarang.
Istilah blue chip tersebut berasal dari arena permainan poker, seorang pemain poker bertaruh dengan warna biru, putih dan merah. Kepingan biru memiliki nilai lebih dari pada kepingan merah dan putih.
Saat ini, saham blue chip tidak selalu mengacu pada saham dengan label harga tinggi tetapi lebih berkualitas tinggi dan bertahan dalam ujian waktu.
Advertisement
Perusahaan Catat Kinerja Terbaik di Sektor Usahanya
Di Amerika Serikat (AS), saham blue chip umumnya merupakan komponen dari indeks saham acuan seperti indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500, Nasdaq.
Selain itu, masuk indeks saham TSX-60 di Kanada, dan indeks FTSE di Inggris Raya. Biasanya perusahaan masuk blue chip termasuk perusahaan multinasional yang telah beroperasi selama beberapa tahun.
Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menuturkan, perusahaan yang masuk saham blue chip berarti mencatat kinerja terbaik di sektornya.
Kategori perusahaan terbaik di sektornya tersebut, menurut Hans dilihat dari fundamental kinerja keuangan, menguasai pangsa pasar, mencatatkan aset besar, dan kinerja perusahaan bertumbuh.
“Fundamental baik cetak laba, perusahaan bertumbuh. Leading di sektor usaha, kuasai market share, aset besar,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com.
Hans mengatakan, saham blue chip ini berbeda dengan saham LQ45. Hans menuturkan, saham LQ45 termasuk 45 saham yang dilihat dari likuiditasnya dalam enam bulan terakhir.
“Saham LQ45 likuiditas paling tinggi, ada 45 saham biasanya terbaik di sektornya. Saham blue chip bisa masuk LQ45. Namun, saham LQ45 belum tentu masuk saham blue chip karena tidak semua saham likuid itu berkinerja baik,” ujar dia.