Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, realisasi investasi dari Swiss di kuartal I tahun 2021 ini berhasil mencetak sejarah. Sebab, salah satu negara penghasil cokelat dunia itu berhasil menempati posisi lima besar dan menggeser Jepang ke peringkat tujuh.
"Swiss ini tidak pernah dalam sejarah masuk lima besar, nggak pernah. Tapi sekarang masuk lima besar geser Jepang," ungkapnya dalam Rakornas Hipmi secara virtual, Sabtu (19/6).
Advertisement
Bahlil menyebut, peningkatan realisasi investasi dari Swiss tersebut mengindikasikan mulai meningkatnya minat investor asal Eropa. Menyusul telah disahkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja) di akhir tahun 2020 lalu.
"Karena UU Cipta Kerja memberikan jawaban kepada publik dunia khususnya Eropa terhadap sebuah trust bahwa memang kita sedang melakukan reform besar-besaran terhadap penyelenggaraan negara dalam konteks memudahkan dunia usaha," bebernya.
Adapun dalam bahan paparannya, 10 besar negara asal investor ialah sebagai berikut:
Singapura berada di peringkat pertama dengan total investasi pada kuartal I-2021 sebesar USD 2,6 miliar. Lalu, disusul oleh China diperingkat kedua dengan nilai investasi USD 1,03 miliar.
Selanjutnya, Korea Selatan sebesar USD 0,86 miliar, Hong Kong sebesar USD 0,82 miliar, dan Swiss sebesar 0,47 miliar. Sedangkan di posisi selanjutnya ditempati Amerika Serikat sebanyak USD 0,45 miliar, Jepang USD 0,32 miliar, Thailand USD 0,23 miliar, Belanda 0,18 miliar, dan diposisi ke sepuluh Malaysia sebesar USD 0,11 miliar.
Reporter: Sulaeman
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Realisasi Investasi hingga Kuartal I 2021 Capai Rp 219,7 Triliun
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia yakin target investasi di 2021 sebesar Rp 956 triliun bisa terlampaui. Target tersebut di atas permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang sebesar Rp 900 triliun.
"Tahun ini target kita Rp 956 triliun, tapi Pak Presiden minta Rp 900 triliun saja," kata bahlil dalam diskusi virtual berjudul Investor Lokal Anak Kandung yang Perlu Didukung, Jakarta, Selasa (15/6/2021).
Hingga akhir kuartal I 2021, Bahlil menyebut realisasi dari target investasi sudah mencapai Rp 219,7 triliun atau 24,4 persen dari yang ditargetkan tahun ini. Investasi tersebut berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 111,7 triliun atau 50,8 persen. Sedangkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 108 triliun atau 48,2 persen.
"Realisasi investasi tahun 2021 ini sudah Rp 219,7 triliun," kata Bahlil.
Dari jumlah investasi yang sudah masuk tersebut, Bahlil menyebut penanaman modal lebih awal tahun ini lebih banyak dilakukan di luar pulau jawa. Setidaknya 114,4 triliun atau 54,1 persen investasi dilakukan di luar pulau jawa. sedangkan sisanya Rp 105,3 triliun atau 47,9 persen berada di pulau jawa.
"Tahun ini investasi di luar jawa lebih besar, sekitar dari 52, 1 persen. Jadi ini hampir seimbang," kata dia.
Bahlil menambahkan, dari jumlah investasi tersebut setidaknya sudah menyerap 311.793 tenaga kerja di Indonesia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Menteri Bahlil: Kami Bukan Cuma Urus Investasi Asing, Tapi juga UMKM
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia menyatakan, bahwa Kementerian Investasi tidak hanya fokus mengurusi investasi berskala besar. Melainkan juga fokus meningkatkan investasi berskala kecil, diantaranya UMKM.
"Kami mengurus investasi itu jangan diartikan mengurus investasi yang besar besar. Jadi Kementerian Investasi mengurus yang besar maupun kecil, termasuk UMKM," tegasnya dalam Webinar Shopee bertajuk UMKM Indonesia Menuju Pasar Global, Senin (14/6).
Bahlil menambahkan, Kementeriannya juga dipastikan tidak hanya mau menangani investasi asal luar negeri atau asing semata. Sebab, Kementerian Investasi akan juga memfokuskan untuk mendorong realisasi peningkatan investasi dari dalam negeri.
"Jadi, Kementerian Investasi akan mengurus (investasi) baik dalam negeri maupun luar negeri. Jangan mengartikan hanya asing," tekannya.
Mantan Ketua Hipmi tersebut mengungkapkan, alasan Kementerian Investasi untuk juga fokus dalam mengawal investasi berskala kecil tak lepas dari peran serta UMKM dalam menyokong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini ditandai dengan tinggi jumlah unit bisnis UMKM domestik.
"Di mana dari total unit usaha kita, UMKM itu mencapai 99,6 persen. Artinya posisi UMKM strategis baik dalam struktur pertumbuhan ekonomi nasional kita maupun dalam konteks pemerataan," terangnya.
Kontribusi besar UMKM lainnya ialah tercermin dari sektor ketenagakerjaan. Di mana tenaga kerja yang tersedia di Indonesia hampir sepenuhnya di serap oleh UMKM.
"Harus diketahui bersama, dari total 133 juta lapangan pekerjaan di Indonesia. Itu 120 juta dari UMKM," tukasnya.