Liputan6.com, Jakarta Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek Sjamsul Hadi mengatakan masyarakat adat cenderung tidak tersentuh pandemi Covid-19.
"Pandemi ini banyak terjadi di perkotaan. Justru masyarakat di perkampungan bahkan masyarakat adat tidak tersentuh Covid-19," ujar Sjamsul seperti dilansir dari Antara.
Advertisement
Dia menambahkan masyarakat adat menjunjung tinggi kearifan lokal. Misalnya masyarakat Baduy di Kanekes, Banten dan masyarakat adat Dayak di Kalimantan.
"Banyak lokus masyarakat adat berada, pandemi tidak masuk ke dalamnya," ungkap Sjamsul.
Menurut dia, masyarakat dapat mengisolasi diri karena dengan kearifan lokal bisa menguatkan imunitas tubuhnya, kebutuhan nutrisi serta tidak tergoncang dengan adanya pandemi COVID-19.
"Melalui webinar ini, membuka wacana baru dan masyarakat bisa memanfaatkan kekayaan alam yang ada di Indonesia," kata Sjamsul.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pesan ke Masyarakat Lebih Berupa Instruksi
Sjamsul menambahkan, dalam pandemi, yang paling terasa kesenjangan pemahaman tentang Covid-19, karena cukup banyak kelompok yang mendatangi pusat belanja dan menimbulkan kerumunan.
Menurutnya, selama ini pesan yang disampaikan ke tengah masyarakat lebih berupa instruksi.
"Mungkin dengan pemahaman yang lebih baik tentang virus Covid-19, masyarakat dapat diajak untuk berpikir ilmiah berdasarkan sumber yang jelas sekaligus bisa mengatasi "infodemik" (informasi berlebihan yang beredar luas, sehingga membingungkan dan menyulitkan upaya penanganan wabah itu sendiri) yang terjadi," ujar Sjamsul.
Advertisement