Liputan6.com, Jakarta - Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo), eksportir biji kopi Kabupaten Bener Meriah berharap Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (LPDB-KUMKM) dapat meningkatkan pinjaman dana bergulir agar produksi kopi rakyat Kabupaten Bener Meriah terserap untuk memenuhi kuota ekspor.
“Koperasi kita sudah mendapat pinjaman dana bergulir, tapi itu hanya cukup untuk ekspor satu kontainer,” kata Ketua Kokowagayo Rizkani Melati di sela-sela menerima kunjungan Menkop dan UKM RI Teten Masduki di Bener Meriah, Jumat (18/6).
Advertisement
Menkop dan UKM didampingi Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo serta Wakil Bupati/Plt Bupati Bener Meriah Dailami diterima pengurus Kokowagayo untuk melihat proses pengolahan biji kopi untuk kebutuhan ekspor antara lain ke Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Australia, dan sejumlah negara di Asia lainnya.
Rizkani mengatakan, Kokowagayo yang berdiri tahun 2014 merupakan koperasi binaan Dinas Koperasi Kabupaten Bener Meriah memiliki total aset sebesar Rp 1 Miliar. Kokowagayo mendapatkan pinjaman dana bergulir LPDB-KUMKM pada bulan Maret lalu, sebesar Rp1,250 miliar melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan bunga 3 persen untuk jangka waktu selama 60 bulan.
Ia mengatakan, pinjaman yang diterima digunakan untuk membeli kopi petani. Hanya saja, nilai tersebut hanya cukup untuk membeli satu kontainer, sementara Kokowagayo memerlukan dana sedikitnya Rp8,5 miliar selama satu tahun untuk menyerap produksi kopi petani.
“Kita sudah dapat lampu hijau untuk mendapatkan tambahan pinjaman agar produksi kopi petani terserap semuanya,” kata Rizkani.
Menurut Rizkani, sejauh ini Kokowagayo mengekspor kopi ke Amerika Serikat sekitar 15 hingga 20 kontainer setiap tahun atau setiap kontainer sekitar 19,2 ton dengan nilai sekitar Rp1,2 miliar per kontainer.
“Kita berharap volume ekspor terus meningkat agar berdampak ekonomi pada masyarakat,” paparnya.
Menanggapi permintaan pengurus Kokowagayo, Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo mengatakan, jumlah yang diberikan itu berdasarkan proposal yang mereka ajukan dan setelah dievaluasi, pencairan dilakukan.
Sekarang ketika mereka bilang ada lampu hijau untuk mendapatkan tambahan dana, Supomo menegaskan, pihaknya akan melakukan evaluasi lagi tentang kinerja ekspornya.
“Pada dasarnya sepanjang visible, kontraknya jelas, tentu dipertimbangkan. Jangan sampai nantinya dana itu tidak dimanfaatkan, untuk apa nongkrong di situ. Maaf, ada yang bisa mendapatkan pinjaman, tapi dia tidak bisa melemparnya, percuma jadinya,” papar Supomo.
Ia mencontohkan Koperasi BQ Baburrayyan yang mendapat pinjaman cukup besar, dan itu terealisasi atas evaluasi yang dikakukan kinerja mereka.
“Jadi Standard Operasional Procedure (SOP) kita itu berdasarkan visiblities study. Gak ada berdasarkan penilaian sepintas begitu, tidak ada,” tegasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Koperasi dengan Seluruh Anggota Wanita
Supomo mengatakan, sejauh ini pihaknya belum menerima proposal artinya belum melihat on paper dari usulan mereka. Jika memang ada, tentu akan dilakukan evaluasi, dan LPDB-KUMKM tidak serta-merta menyetujui, tetapi melakukan evaluasi ke lapangan atau on the spot serta konfirmasi dengan berbagai pihak. Hal ini dilakukan, jangan sampai nantinya menimbulkan persoalan hukum.
“Jangan sampai nanti ini menimbulkan persoalan hukum buat mereka. Tetapi ada juga berdasarkan evaluasi kita, dana bisa cair dalam waktu hanya dua minggu, karena tata kelolanya sudah bagus. Jadi tidak ada alasan kita tidak memberikan,” ungkap Supomo.
Rizkani menambahkan, Kokowagayo merupakan Koperasi Kopi Wanita di Asia Tenggara yang seluruh anggota atau petani kopi binaannya wanita dengan jumlah anggota sebanyak 409 orang.
Mengelola delapan desa binaan yang tersebar di Kabupaten Bener Meriah dengan luas lahan sekitar 278 hektar, menurut Rizkani, Kokowagayo merupakan satu dari enam koperasi kopi wanita di dunia yang telah terdaftar di Organisasi Kopi Wanita Dunia yang bernama Café Femenino berpusat di Peru.
Ia mengatakan, Kokowagayo sudah tersertifikasi Fair Trade dan Ecocert. Fair Trade adalah sertifikasi yang memastikan harga jual dan beli biji kopi sesuai standar dan memastikan kesejahteraan petani kopi terjamin. Sedangkan sertifikasi Ecocert untuk memastikan kualitas biji kopi benar-benar alami mulai dari penanaman hingga panen bebas dari bahan kimia dan pestisida.
Rizkani mengatakan, Kokowagayo sudah melakukan ekspor sendiri tanpa melalui eksportir atau broker ke beberapa negara seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, Korea, dan Australia.
Kokowagayo mendapat penghargaan peringkat kedua sebagai Koperasi Berprestasi Tahun 2020 dan diundang khusus ke Amerika Serikat untuk mengikuti Specialty Coffee Association of America EXPO tahun 2016.
Advertisement