3 Masalah Utama Ketenagakerjaan yang Disebut Bisa Teratasi Program Kartu Prakerja

Sesuai Perpres No. 36 Tahun 2020, Program Kartu Prakerja hadir melalui lebih dari 1.500 pelatihan yang diselenggarakan 179 lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Jun 2021, 15:00 WIB
Pekerja memotong pola di pabrik Garmen,Tangerang, Banten, Selasa (13/10/2015). Industri tekstil di dalam negeri terus menggeliat. Hal ini ditandai aliran investasi yang mencapai Rp 4 triliun (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Kondisi ketenagakerjaan Indonesia sebelum masa pandemi Covid-19 masih ditandai dengan tiga permasalahan mendasar. Ketiga hal ini dinilai bisa terselesaian melalui program kartu prakerja.

Diantaranya adalah rendahnya produktivitas kerja, minimnya daya saing tenaga kerja, serta tingginya skill gap atau mismatch antara pasokan dan permintaan tenaga kerja.

Kondisi ini semakin diperparah dengan dampak pandemi Covid-19 pada dunia usaha, yang mengakibatkan terjadi pemutusan hubungan kerja sehingga jumlah pengangguran meningkat.

Vice President Director PT. Qerja Manfaat Bangsa Reynata, Sumarna mengatakan, bahwa kehadiran Program Kartu Prakerja bukan sebuah hal yang mendadak.

Namun merupakan desain besar pemerintah untuk merespon masalah mismatch di dunia ketenagakerjaan sejak era 1990-an.

Persoalan mismatch di dunia kerja tak hanya mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran karena minimnya kualifikasi pencari kerja, tapi juga berdampak negatif pada industri.

“Di era kompetisi global seperti ini, mereka sangat dirugikan karena gagal memperoleh tenaga kerja yang berkompeten. Akibatnya, produktivitas dan daya saing industri kita pun jadi sangat rendah,” ungkapnya di Jakarta, Minggu (19/6).

Dalam konteks inilah, Sesuai Perpres No. 36 Tahun 2020, Program Kartu Prakerja hadir melalui lebih dari 1.500 pelatihan yang diselenggarakan 179 lembaga pelatihan untuk meningkatkan kompetensi, daya saing dan produktivitas angkatan kerja, serta memenuhi kebutuhan pasar kerja.

Terkait 51 jenis pekerjaan kritis yang dibutuhkan pasar kerja, Sumarna mengkategorikannya dalam tiga sektor industri utama yang sangat membutuhkan pasokan sumber daya manusia berkualitas namun kesulitan mendapatkannya.

 

Saksikan Video Ini


3 Sektor

Pekerja merakit mobil Mercedes-Benz S-class di pabrik Mercedes, Sindelfingen, Jerman, Kamis (30/4/2020). Mulai 27 April 2020, Mercedes-Benz kembali membuka jalur produksi yang sebelumnya ditutup karena pandemi virus corona COVID-19. (AP Photo/Matthias Schrader)

Pertama, Sektor Perdagangan. Dari level manajerial, seperti Manajer Penjualan dan Pemasaran, Manajer Pengadaan, Distribusi, Profesional Periklanan dan Pemasaran, hingga level operator seperti Agen Kliring dan Pengiriman, semua masih membutuhkan tenaga kerja kompeten di posisi itu.

Kedua, Sektor Manufaktur yang terus memerlukan pekerjaan Buruh Industri Pengolahan, Operator Mesin Pengolahan Bahan Kimia, Perakit Mesin Mekanik, hingga Pembuat Kerajinan dari Tekstil, Kulit, dan Bahan.

Ketiga, Sektor Konstruksi yang membutuhkan Ahli Teknik Sipil, Mekanika, Arsitek Bangunan, Teknisi Teknik Mekanis, serta posisi-posisi lain di saat Indonesia tengah bergiat melakukan pembangunan infrastruktur.

“Dalam konteks inilah, pengalaman Program Kartu Prakerja sejak 2020 lalu mampu merespon apa yang menjadi kebutuhan dunia usaha, khususnya sektor perdagangan, terutama melalui pelatihan-pelatihan bidang pemasaran dan penjualan, serta teknologi informasi komunikasi,” urai Sumarna.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya