Rasio Testing Covid-19 di Kota Malang Jauh di Bawah Standar WHO

Testing Covid-19 di Kota Malang hanya bergantung dari hasil pelacakan kontak erat pasien saja

oleh Zainul Arifin diperbarui 21 Jun 2021, 08:31 WIB
Petugas Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Malang memperlihatkan tempat pengambilan salah satu sampel bagian dari tes swab massal demi mencegah penyebaran Covid-19 di Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Rasio testing Covid-19 di Malang kota masih sangat rendah. Salah satu kendalanya, tes hanya dilakukan pada hasil pelacakan kontak erat pasien saja. Kemampuan tes sendiri jadi salah satu cara mencegah penyebaran virus corona baru tak semakin meluas.

Badan Kesehatan Dunia atau WHO sejak awal pandemi menyebutkan rasio jumlah testing adalah 1/1000 dari jumlah penduduk per minggu. Sayangnya, pelaksanaan tes Covid-19 di Malang masih belum bisa memenuhi standar itu.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Malang, Husnul Muarif mengatakan dengan populasi penduduk di kota ini sebanyak 870 ribu jiwa maka rasio tes seharusnya sedikitnya 870 penduduk yang dites polymerase chain reaction (PCR) per minggu.

“Perkiraan kami realisasinya masih 75 persen, belum bisa memenuhi rasio itu,” kata Husnul di Malang, kemarin.

Ia menambahkan, salah satu kendala gagal memenuhi rasio itu adalah rendahnya tracing atau pelacakan kontak erat pasien. Misalnya, dalam satu pasien positif terinfeksi Covid-19 hanya ada lima kontak erat yang bisa ditemukan maka pelacakan berhenti di situ.

“Kalau kontak erat yang bisa terlacak jumlahnya itu ya mereka itu saja yang dites PCR,” ujar Husnul.

Petugas di puskesmas jadi garis depan pelacakan kontak erat pasien Covid-19 di Malang untuk pengambilan sampel spesimen. Soal hasilnya, terkadang baru bisa diketahui dalam satu minggu usai tes. Dalam dua bulan terakhir, kasus harian selalu di bawah 20 kasus baru.

“Saya tidak hafal berapa jumlah pengambilan spesimen untuk dites,” ucap Husnul.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Evaluasi Anggaran

Dinas Kesehatan sendiri digelontor anggaran miliaran rupiah untuk penanganan Covid-19. Pada tahun anggaran 2020 lalu misalnya, Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Malang disediakan anggaran sebesar Rp 12,3 miliar.

Sampai akhir tahun, anggaran yang terserap hanya sebanyak Rp 5,8 miliar. Dana itu digunakan untuk pengadaan sebanyak 9.994 alat tes cepat atau rapid test, 485 alat tes antigen serta membiayai pengambilan sampel sebanyak 1.872 tes PCR.

Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Wanedi mengatakan belum menerima detil data kapasitas tes PCR di Kota Malang. Karena itu ada rencana hearing atau dengar pendapat dengan Dinkes untuk evaluasi yang akan digelar antara Senin, 21 Juni – Rabu 23 Juni.

“Evaluasi penggunaan anggaran tahun lalu akan diperdalam lewat dengar pendapat dengan dinas. Apa penyebab serapan rendah,” kata Wanedi.

Sementara itu berdasarkan data Satgas Covid-19 Kota Malang, sampai dengan 20 Juni 2021 total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 ada sebanyak 6.896 kasus. Dari jumlah kasus itu, 651 pasien meninggal dunia, 6.160 pasien telah sembuh dan 85 pasien masih dirawat.

Lalu kasus suspek Covid-19 ada sebanyak 7.284 pasien dengan 133 orang masih diisolasi di rumah sakit, 43 orang isolasi mandiri di rumah, 119 orang meninggal dunia dan 6.989 kasus dinyatakan discarded.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya