Lonjakan Kasus COVID-19 Bakal Tekan IHSG, Simak Saham Pilihan Ini

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi berada dalam tekanan. IHSG akan bergerak di kisaran 5.924-6.123 pada Senin, 21 Juni 2021.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 18 Jul 2021, 23:43 WIB
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (16/5). Meski terjebak di zona merah, IHSG berhasil mengakhiri perdagangan di level 5.841. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah pada perdagangan saham Senin, (21/6/2021). Hal ini seiring kenaikan kasus COVID-19 dan pernyataan bank sentral AS tekan IHSG.

CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas, William Suryawijaya menuturkan, perkembangan pergerakan IHSG masih terlihat akan berada dalam kondisi tertekan.

IHSG masih berada dalam fase konsolidasi jangka panjang karena masih minimnya sentimen yang dapat mendorong kenaikan IHSG ditambah hingga jelang berakhirnya semester I 2021.

"Capital inflow belum terlihat akan bertumbuh signifikan ditambah dengan kondisi masih melambatnya perputaran roda perekonomian. Hal ini cukup menjadi tantangan untuk dapat mendorong kenaikan IHSG secara signifikan,” ujar dia dalam catatannya.

Ia menambahkan, IHSG berpotensi berada dalam tekanan. IHSG akan bergerak di kisaran 5.924-6.123.

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menuturkan, sejumlah sentimen akan membayangi HIS. Dari luar negeri, hasil FOMC bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve menunjukkan sikap hawkish dan membuka potensi kenaikan suku bunga lebih cepat dan potensi terjadi tapering.

“Hal ini masih akan menjadi sentimen negatif pasar pada pekan ini. Pelaku pasar menantikan pidato pejabat the Fed sebagai arah pandangan pejabat tersebut terkait kebijakan moneter the Fed,” ujar dia dalam catatannya.

Dari dalam negeri, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia akan menjadi sentimen negatif IHSG.Dalam catatan Hans menyebutkan, pekan keempat usai Lebaran 2020 terjadi kenaikan kasus 93,11 persen, sementara tahun 2021 terjadi kenaikan kasus hingga 112,22 persen. Bila disandingkan pada minggu keempat, ternyata kenaikan kasus pascaLebaran pada 2021 secara nasional mengalami kenaikan yang lebih tinggi dibadingkan Lebaran tahun 2020.

 Ada lima provinsi yang mengalami lonjakan kasus COVID-19 tertinggi usai Lebaran 2021 yaitu Jawa Tengah, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Rinciannya kasus Covid-19 di Jawa Tengah naik 281,59 persen. Kemudian DKI Jakarta naik 263,26 persen; DIY naik 172,03 persen; Jawa Timur naik 102,74 persen; dan Jawa Barat naik 58,75 persen.

"Informasi yang beredar menunjukan tingkat hunian beberapa rumah sakit di beberapa daerah sudah mencapai 80 persen lebih dan Wisma Atlet 78,6 persen. Ini menimbulkan kekawatiran ketersediaan fasilitas Kesehatan di tengah naiknya khasus Covid 19. Kenaikan kasus covid 19 menjadi salah satu sentimen negatif bagi pasar keuangan Indonesia,” ujar dia.

Hans memperkirakan, IHSG melemah dengan support level 5.944 sampai 5.848 dan resistance level 6.050 sampai 6.134. 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Saham Pilihan

Pekerja melintas di dekat layar digital pergerakan saham di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (14/10/2020). Pada pembukaan perdagangan pukul 09.00 WIB, IHSG masih naik, namun tak lama kemudian, IHSG melemah 2,3 poin atau 0,05 persen ke level 5.130, 18. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk pilihan saham yag dapat dicermati, William memilih saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Lalu saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Alam Sutera Realy Tbk (ASRI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya