Bos BI Beberkan 4 Langkah Penting Kembangkan Ekonomi Halal di Indonesia

Indonesia perlu mengembangkan ekosistem ekonomi halal yang telah ada di tanah air.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2021, 12:30 WIB
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RGD) Bank Indonesia di Jakarta, Kamis (19/12/2019). RDG tersebut, BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) sebesar 5 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan Indonesia perlu mengembangkan ekosistem ekonomi halal yang telah ada di tanah air agar tidak hanya menjadi pemain nasional tetapi menembus pasar global.

Pengembangan ini harus segera dilakukan agar pengembangan rantai ekonomi halal ini bisa lebih produktif dan kompetitif dari negara lain yang mulai masuk ke ekosistem ini.

"Kita harus garap pengembangan atau rantai ekonomi halal agar bisa lebih kompetitif dan produktif," kata Perry dalam acara Opening Ceremony Road to ISEF 8th 2021: Halal Products, Beyond Halal Compliance, Jakarta, Senin (21/6).

Perry mengatakan ada 4 hal penting yang bisa dilakukan untuk mengembangkan rantai nilai ekosistem halal di Indonesia. Dimulai dari sertifikasi produk halal buatan Indonesia.

Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, namun sertifikasi produk halal tetap penting mengingat banyak negara mulai mengambil konsen dalam industri produk halal.

"Pertama sertifikasi halal, ini untuk membentuk ekosistem halal production," kata Bos Bank Indonesia ini.

Kedua, membentuk unit usaha yang terintegrasi. Perry ingin sektor produksi Indonesia memanfaatkan sumber daya manusia yang ada untuk membangun yang saling berkaitan. Melibatkan kelompok masyarakat seperti pondok pesantren dan UMKM dalam sebuah rantai produksi.

"Kedua pembentukan unit usaha yang terintegrasi dari usaha kecil, menengah, dan besar," kata dia.

Ketiga terkait produk halal yang akan dikembangkan dalam rantai nilai ekosistem halal. Saat ini Indonesia memiliki lima sektor produksi halal yang digarap, antara lain makanan, fesyen, pariwisata, kosmetik dan farmasi, dan energi baru terbarukan (EBT).

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Kondisi Pandemi

Karyawan menghitung uang kertas rupiah yang rusak di tempat penukaran uang rusak di Gedung Bank Indonessia, Jakarta (4/4). Selain itu BI juga meminta masyarakat agar menukarkan uang yang sudah tidak layar edar. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Dari kelima sektor tersebut, Perry mengatakan dalam kondisi pandemi seperti saat ini, Pemerintah memutuskan untuk fokus pada sektor makanan dan fesyen. "Kita fokus kelima produk unggulan dengan prioritas food dan fesyen," kata dia.

Keempat, meningkatkan rantai nilai dalam proses produksi. Terkait ini, Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah ini menginginkan semua produk halal buatan Indonesia diproses dari hulu ke hilir.

Mulai dari proses produksi sampai ke proses penjualan produk. Tentunya hal ini hanya bisa dilakukan dengan sinergi antar berbagai pemangku kepentingan.

Semua hal penting ini perlu dilakukan secara bersama agar ekosistem ekonomi halal yang ada di Indonesia bisa mendukung perekonomian nasional saat ini. Tak hanya itu, sebagai upaya pemberdayaan umat.

"Ini bukan hanya untuk mendukung perekonomian nasional tetapi juga untuk mendorong pemberdayaan umat," kata dia mengakhiri.

Reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber: Merdeka.com

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya