Kunci Berbisnis Kuliner di Masa Pandemi, Fokus ke Produk Ramah Online

Masa pandemi yang serba tak pasti tetap bisa memberi peluang bagi para pengusaha untuk merintis bisnis kuliner.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2021, 17:05 WIB
Ilustrasi pesan antar makanan. (dok. Mart Production/Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi berdampak pada semua sektor usaha. Ada yang meningkat signifikan, seperti kesehatan, tetapi ada juga yang menurun seperti bisnis kuliner. Para pengusaha dituntut agar lebih jeli melihat kesempatan agar mendatangkan cuan.

Salah satu merek F&B yang bisa bertahan di tengah ketidakpastian iklim bisnis kuliner adalah Luberger. Gerai burger itu bahkan telah membuka 12 cabang di masa pandemi.

Andi Aprillah dan istrinya, Syifa Fauziah, mendirikan Luberger pada akhir Desember 2019, beberapa bulan sebelum pengumuman pandemi di Indonesia. Mereka mengatakan salah satu kunci dapat sukses dan bertahan yaitu target pasar harus jelas.

"Kita survei restoran apa yang paling laku, siapa yang datang. Dari situ bisa dapat data, oh masyarakat ini rata-rata spending-nya sekian," kata Andi dalam acara virtual Kami Meet Up, Sabtu, 19 Juni 2021.

Dari data tersebut, mereka bisa menentukan target pasarnya berdasarkan harga. Setelah itu, barulah menentukan posisi Luberger di tengah para pesaing. Ia mencontohkan cabang pertamanya di Jatiwaringin, Bekasi.

"Target marketnya bisa direka-reka, kira-kira sebulan keluarin duitnya sekian, pendapatannya sekian. Nggak mungkin ujuk-ujuk gue keluarin burger Rp100 ribu di sini, nggak bakal cocok," katanya.

Ia menyampaikan bahwa harga harus disesuaikan dengan pasar yang ada. Ia menjelaskan cara termudah menentukan target pasar adalah dengan mendatangi usaha kuliner satu per satu di sekitar itu dan melihat menu serta harga yang ditawarkan.

"Nanti ketemu rata-ratanya. Berarti restoran ini ramai karena jualnya sekian, berarti gue harus buat produk yang kira-kira harganya nggak jauh-jauh dari sekian. Mungkin seperti itu ya trik-triknya," ia menjelaskan.

 

 

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Investasi di Dapur

Ilustrasi dapur. (Dok. Louis Hansel/Unsplash)

Langkah selanjutnya, kata Andi, adalah mempertahankan cita rasa otentik produk. Dari pengalamannya, ia banyak menggunakan peralatan dapur bekas sehingga berpengaruh terhadap cita rasa produk yang dihasilkan. Dari situlah, ia sadar untuk lebih baik investasi ke dapurnya.

"Jadi, sebaiknya diikuti," kata dia.

Untuk menunjang cita rasa burger yang sama di setiap outlet, Anda menilai diperlukan dapur pusat. Dapur pusat itu harus bisa dioperasikan sesederhana mungkin agar tak banyak proses memasak saat didistribusikan ke setiap outlet.

"(Outlet) tinggal serving aja, itu akan menjaga (kualitas)," katanya.

 


Kurangi Experience

Pemilik Luberger Andi Aprillah dan Syifa Fauziah dalam Kami MeetUp. (Tangkapan Layar/Jihan Karina)

Persona produk juga merupakan faktor sukses. Andi menjelaskan pemilik usaha harus suka dengan produknya sendiri karena itu merupakan modal awal suatu brand untuk berkembang.

Dalam berbisnis, ia mengakui tak bisa bergerak sendirian dan tetap membutuhkan partner. Dalam mencari partner diakuinya memang susah-susah gampang. Menurutnya, yang terpenting adalah chemistry agar bisa saling mengisi satu sama lain.

Dari awal, ia sudah menentukan pakem dengan partner usahanya. Dengan begitu, mereka bisa tahu arah tujuan bisnis. 

"Untuk dining experience agak dikurangi, lebih fokus ke produk yang ramah online," imbuh Syifa.

Ia pun mengatakan untuk mulai saja terlebih dahulu. "Kadang kalau dipikirin nggak jalan-jalan, nggak jadi-jadi," tutupnya. (Jihan Karina Lasena)


Diplomasi Indonesia via Jalur Kuliner

Diplomasi Lewat Jalur Kuliner (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya