Liputan6.com, Jakarta - Vitiligo merupakan salah satu kelainan atau penyakit kulit yang disebabkan oleh autoimun manusia. Akibatnya terdapat bercak putih pada kulit karena kehilangan pigmentasi. Ini bisa terjadi kepada semua usia dan jenis kelamin, termasuk anak-anak. Apa penyebab vitiligo dan bagaimana dampaknya bagi mereka yang mengidapnya?
Menurut dr. Sondang MHA Pandjaitan Sirait, SpKK(K), MPd.Ked, FINSDV, FAADV (Ketua Dermatapologi, KSM Dept Dermatologi dan Venerologi FKUI RSCM), vitiligo adalah kondisi kulit jangka panjang yang ditandai dengan bercak-bercak pada kulit karena kulit kehilangan pigmennya. Seringkali bercak mulai muncul di area kulit yang terpapar sinar matahari.
Baca Juga
Advertisement
Menurutnya, penyebab pasti vitiligo masih belum diketahui. Hal ini diyakini karena kerentanan genetik yang dipicu oleh faktor lingkungan sehingga terjadi penyakit autoimun yang menyebabkan penghancuran sel pigmen kulit. Faktor risiko, termasuk riwayat keluarga atau penyakit autoimun lainnya, seperti hipertiroidisme, alopecia areata, dan anemia pernisiosa.
"Vitiligo sendiri tidak menular tapi memang memerlukan terapi dalam jangka waktu lama dan kompleks. Dampak vitiligo di antaranya menyebabkan stres psikologis dan mereka yang terkena terkadang mendapat stigma tertentu," terang dr. Sondang dalam Webinar Peluncuran Self-Love Movement Bagi Sahabat Vitiligo di Indonesia, Senin (21/6/2021).
Indonesia belum memiliki data resmi terkait jumlah pengidap vitiligo. Hal ini menjadi tugas yang harus dilakukan oleh para tenaga medis, khususnya dokter kulit.
"Data di Indonesia belum terdata dan tersedia dengan baik. Dan mungkin ini merupakan PR kita, untuk melakukan pendataan pasien-pasien vitiligo di seluruh Indonesia," kata Ketua Kelompok Staf Medis (KSM) Dermatologi dan Venereologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. Hani Nilasari, SpKK (K).
Saksikan Video Pilihan Berikut:
Paparan Sinar Matahari
Masyarakat Indonesia juga harus waspada terhadap kemungkinan mengalami vitiligo. Hal ini terjadi akibat paparan sinar matahari di Indonesia sebagai negara tropis.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, Indonesia merupakan daerah radiasi UV (8-13) yang ekstrem sehingga memerlukan kewaspadaan dari penduduknya. Cara melindungi dari radiasi ekstrem disarankan untuk menggunakan tabir surya (sunscreen) yang dapat menghindarkan kita dari efek negatif seperti terbakar sinar matahari (sunburn), kanker kulit (skin cancer) ataupun penuaan (aging) termasuk terjadinya vitiligo.
Sebagai bentuk dari dukungan dan kepedulian terhadap pasien vitiligo, PT. Regenesis Indonesia menghimpun sebuah gerakan untuk membantu para sahabat Vitiligo yaitu Gerakan Self-Love Movement. Gerakan itu diluncurkan pada hari ini, Senin (21/6/2021), tepat pada bulan Peringatan Hari Vitiligo Dunia.
Advertisement
Pentingnya Wadah Edukasi
Menurut Ron Pirolo, General Manager Regenesis Indonesia, mereka meluncurkan kampanye tersebut sebagai program dari tanggung jawab sosial perusahaan. Dengan kampanye ini, mereka berkomitmen untuk berkontribusi menjadi support system yang baik bagi para sahabat vitiligo di Indonesia.
Hani Nilasari menyambut baik rencana baik kampanye ini. Ia mengatakan pentingnya wadah edukasi bagi sahabat vitiligo.
"Walaupun mereka telah menerima terapi UV B, penting juga untuk tetap menggunakan tabir surya dalam keseharian mereka ataupun juga sebagai contoh masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui informasi yang tepat bahwa vitiligo adalah bukan penyakit menular," jelas Hani.
Biang Kerok Lonjakan Covid-19 di Indonesia
Advertisement