Liputan6.com, Kota Bandung - Sebanyak 26 persen dari 465 tenaga kesehatan di seluruh Indonesia yang turun tangan dalam penanganan pandemi COVID-19 mengeluhkan mengalami depresi.
Hal tersebut diketahui dari hasil survei daring (online) CEDS Universitas Padjajaran (Unpad) sesudah satu tahun pandemi COVID-19 mengoncang tanah air.
Advertisement
Menurut Psikiater di RS Melinda 2 Bandung, Teddy Hidayat, semakin berlarut-larut dan meningkatnya kasus COVID-19 saat ini, telah menimbulkan masalah yang serius bagi penyedia layanan dan tenaga kesehatan atau tenaga medis.
"Tenaga medis yang kelelahan (exhausted) dapat menurunkan kualitas pelayanan, bahkan sampai kolaps," ujar Teddy Hidayat kepada Health Liputan6.com di Bandung pada Senin, 21 Juni 2021.
Teddy, mengatakan, selain risiko terinfeksi COVID-19, tenaga kesehatan terus mengalami berbagai risiko kesehatan dan keselamatan kerja lain yang bersifat biologik, fisik maupun psikososial.
Teddy menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dan tenaga medis yang turut serta dalam merespons pandemi COVID-19, terpapar berbagai risiko kesehatan dan keselamatan di tempat kerja.
"Kelelahan akibat bekerja lama dan beban kerja yang berat, tidak cukupnya tidur atau istirahat, bekerja untuk waktu yang lama dengan memakai alat pelindung diri (APD) yang dapat mengakibatkan heat stres, kekerasan dan stigma di tempat kerja," kata Teddy.
Itu semuanya, lanjut Teddy, berdampak kepada masalah kesehatan jiwa, tekanan emosional, burn-out (kelelahan) akibat kerja dan depresi.
Simak Video Berikut Ini
Berdampak pada Masalah Kesehatan Jiwa
Guna melindungi kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan mental tenaga kesehatan, Teddy mengatakan bahwa perlu adanya tindakan pencegahan dan pengendalian. Juga perhatian dan prioritas dalam kebijakan yang tertuang dalam panduan nyata.
"Untuk memelihara kesehatan mental dan membangun resiliensi agar tetap sehat secara emosional dan mental selama masa yang penuh tekanan ini," kata Teddy,
Advertisement
Serbuan Virus Corona Varian Delta
Belum lagi, lanjut Teddy, adanya serbuan virus Corona varian Delta. Berdasarkan hasil Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh Tim Peneliti COVID-19 di LIPI yang disampaikan pada 18 Juni 2021, menunjukkan adanya dominasi varian India atau Delta yang ditemukan pada sampel Karawang.
WGS adalah salah satu metode untuk memetakan varian Virus Corona penyebab COVID-19 sebagai upaya untuk mencegah varian-varian yang masuk ke Indonesia.
"Varian India atau Delta lebih cepat menular. Sehingga dalam waktu singkat jumlah kasus akan meningkat, fasilitas kesehatan akan kewalahan menampung penderita COVID-19," Teddy menekankan.
Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta.
Advertisement