Banyak Orang Indonesia Terinfeksi Varian Delta COVID-19 hingga Kasus Tembus 2 Juta Disorot Media Jepang

Media Jepang menyorot penyebaran varian delta COVID-19 di episentrum-episentrum Indonesia.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Jun 2021, 16:24 WIB
Penumpang antre untuk menaiki bus Transjakarta di halte Sudirman, Rabu (16/12/2020). Sebelumnya, Wakil Ketua Komite Penanganan Covid-19 Luhut Pandjaitan meminta Anies Baswedan untuk mengetatkan kebijakan WFH setelah DKI Jakarta terus mencatat kenaikan kasus Covid-19. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Tokyo - Peningkatan COVID-19 di Indonesia mendapat sorotan dari berbagai negara, termasuk Jepang. Banyak pasien di Indonesia di episentrum penyeberan disebut terkena varian delta.

Varian delta pertama kali dideteksi di India dan lebih menular.

"Sejak seminggu terakhir, infeksi telah melonjak di setidaknya tiga kota di negara tersebut, Bangkalan di Pulau Madura di Provinsi Jawa Timur, Kudus di Provinsi Jawa Tengah dan ibu kota Jakarta yang menjadi episentrum transmisi," tulis Kyodo, Selasa (22/6/2021).

"Banyak orang-orang yang baru diinfeksi di episentrum-episentrum itu terekspos varian Delta dari India."

Kyodo juga menyorot banyak rumah sakit di Jakarta dan kota sekitar Kudus yang hampir penuh karena okupansi kamar tidur yang mencapai sekitar 90 persen.

Hal lain yang disorot adalah lonjakan kasus yang terjadi usai mudik Lebaran.

"Lonjakan terjadi setelah eksodus masyarakat, mayoritas dari Jakarta, yang pulang ke kota kelahiran mereka untuk merayakan liburan umat Muslim Idul Fitri meski ada travel ban pemerintah," tulis Kyodo.

Selain itu, media tersebut juga menyorot jumlah total kasus Virus Corona COVID-19 di Indonesia mencapai 2 juta pada Senin 21 Juni 2021. Dengan rekor harian tertinggi telah dicapai sejak kasus pertama negara itu pada Maret tahun lalu.

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.


Dewan Pertimbangan IDI Sarankan Pemerintah Terapkan Lockdown Dua Pekan

Kendaraan melintas di samping jalur khusus sepeda yang diberikan pembatas jalur permanen di Jalan Sudirman, Jakarta, Kamis (17/6/2021). Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo akan membongkar jalur sepeda di Sudirman-Thamrin dan mempelajari jalur sepeda di negara lain. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban menyarankan pemerintah melakukan lockdown untuk memperlambat laju penyebaran COVID-19 dan menyelamatkan fasilitas kesehatan dari ancaman kolaps. 

Zubairi mengatakan lockdown yang perlu diterapkan minimal dalam dua pekan. 

"Lockdown yang ideal tentu lockdown yang ketat dengan pendisiplinan. Artinya ada yang menjaga agar aturan dipatuhi," kata Prof Zubairi kepada merdeka.com, Selasa (22/6/2021).

Dia menjelaskan, ada banyak hal yang harus dibatasi selama penerapan lockdown di Indonesia. Di antaranya, perpustakaan, sekolah, tempat rekreasi, tempat olahraga gym, salon, hotel, klub malam hingga kasino ditutup.

"Pertemuan publik untuk rapat atau apa pun tatap muka ditiadakan. Untuk restoran, kafe hanya untuk take away," ujarnya.

Aktivitas warga juga harus dibatasi. Jika warga terpaksa keluar dari rumah, jarak maksimal hanya 10 km dan jam malam dibatasi. Namun, aturan ini dikecualikan bagi tenaga kesehatan yang bertugas melayani pasien di fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit.

"Untuk aturan di rumah misalnya tidak boleh ada orang yang masuk ke dalam rumah, artinya rumah tidak menerima tamu," sambung dia.

Infografis Yuk Ketahui Perbedaan Gejala Covid-19 Varian Alpha, Beta dan Delta. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya