Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpotensi melemah pada perdagangan saham Kamis, (24/6/2021). Perkembangan kasus COVID-19 membayangi laju IHSG.
Analis PT MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menuturkan, IHSG masih rawan koreksi. IHSG ditutup koreksi 0,9 persen ke level 6.034 dan muncul tekanan jual. Pergerakan IHSG kemarin masih tertahan oleh moving average (MA) 20 dan 60 harian.
"Dapat dicermati resistance yang berada di 6.134, apabila IHSG dapat menembus area tersebut, kami perkirakan IHSG berpeluang menguat untuk menuju 6.200-6.245 terlebih dahulu,” ujar dia dalam catatannya.
Baca Juga
Advertisement
Namun demikian pada scenario merah, ia mengatakan, ketika IHSG sedang berada di akhir wave (e) dari wave B, scenario merah ini akan berlaku bila IHSG menembus level support terdekatnya di 5.884 dan krusial di 5.742.
“IHSG akan bergerak di support 5.884, 5.742 dan resistance 6.134,6.230,” ujar dia.
Herditya menambahkan, perkembangan kasus COVID-19 dan kekhawatiran taper tantrum atau pengurangan pembelian obligasi di Amerika Serikat masih menjadi sentimen di bursa saham.
"Untuk sentimen masih cenderung ke kasus COVID-19 saja, namun demikian hal ini dampaknya tidak terlalu signifikan dan sebesar awal pandemi lalu,” kata dia.
Hal senada dikatakan CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya. Ia mengatakan, IHSG berpotensi melemah. IHSG dinilai hingga kini masih sangat dipengaruhi oleh sisi perlambatan ekonomi yang masih terus menggelayuti sektor riil sehingga kinerja emiten yang disinyalir belum akan dapat membaik dengan cepat.
Selain itu, menurut William, minimnya sentimen serta belum kunjung ada capital inflow yang melaju signifikan masuk ke pasar modal sehingga rentang konsolidasi belum akan ditinggalkan IHSG.
"Potensi penurunan terlihat lebih besar dibanding keinginan naik. IHSG berpotensi melemah. IHSG bergerak di 5.876-6.123,” ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Saham Pilihan
Untuk pilihan saham yang dapat dicermati, William memilih saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA).
Selain itu, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
Sedangkan Herditya memilih saham PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA).
Advertisement