Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino Meninggal pada Usia 61 Tahun

Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino meninggal dunia.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Jun 2021, 11:54 WIB
Benigno Aquino III (AFP/Bintang.com)

Liputan6.com, Manila - Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino meninggal pada Kamis, 24 Juni 2021 setelah dirawat di rumah sakit di Manila, ujar dua sumber yang mengetahui langsung masalah tersebut mengatakan kepada Reuters.

Laporan sebelumnya mengatakan Aquino dirawat di rumah sakit di Capitol Medical Center di Kota Quezon pada Kamis pagi untuk alasan yang tidak diungkapkan. Demikian seperti melansir Channel News Asia, Kamis (24/6/2021). 

Adiknya, Kris Aquino, yang merupakan seorang aktris dan tokoh media, terlihat memasuki fasilitas itu, tetapi tidak memberikan pernyataan.

"Dengan kesedihan yang mendalam saya mengetahui pagi ini tentang meninggalnya mantan presiden Benigno Aquino," kata hakim Mahkamah Agung Marvic Leonen, yang diangkat oleh Aquino pada 2012, dalam sebuah pernyataan.

"Merupakan suatu kehormatan untuk melayani bersamanya. Dia akan dirindukan," kata pernyataan itu.

Pria berusia 61 tahun itu adalah Presiden Filipina dari 2010 hingga 2016.


Mantan Presiden Filipina

Bendera Filipina. (iStockphoto)

Dikenal populer sebagai Noynoy, ia mendapat gelombang dukungan publik sampai ke kursi kepresidenan setelah ibunya, pemimpin demokrasi yang dihormati Corazon Aquino, meninggal pada tahun 2009.

Ayahnya, yang memiliki nama sama, seorang senator yang menentang keras pemerintahan Ferdinand Marcos, dibunuh ketika dia pulang dari pengasingan politik pada tahun 1983.

Pembunuhan itu mengejutkan bangsa dan membantu mendorong Marcos keluar dari jabatannya dalam revolusi People Power 1986 dan mengantarkan ibunya menjadi presiden.

Aquino adalah putra tunggal dan bekerja di bisnis gula keluarga sebelum memulai karier politiknya pada tahun 1998.

Dia adalah anggota Dewan Perwakilan selama tiga periode antara tahun 1998 dan 2007, mewakili provinsi Tarlac yang dipenuhi gula di utara Manila.

Dia masih membawa luka tembak dari percobaan kudeta militer 1987 terhadap pemerintahan ibunya, di mana dia ditembak lima kali dan tiga pengawalnya tewas.

Enam tahun masa jabatan Aquino sebagai presiden tidak lepas dari krisis, termasuk di tahun kelimanya menjabat ketika 44 pasukan komando tewas dalam operasi yang gagal untuk menangkap seorang militan Malaysia yang dicari.

Pada November 2013, Aquino juga harus menghadapi kehancuran yang ditinggalkan oleh Topan Haiyan, salah satu topan paling kuat yang pernah tercatat. Topan super yang melanda kota-kota dan desa-desa di Filipina tengah, menewaskan lebih dari 6.000 orang.

Terlepas dari beberapa keuntungan dalam mengatasi korupsi, citra Mr Clean-nya dinodai oleh skandal penyalahgunaan dana publik oleh anggota parlemen pada tahun yang sama.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya